Posted by : Slamet Rabu, 04 September 2019

puasa asyura

Puasa Asyura adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada tanggal 10 Muharram. Puasa ini hukumnya sunnah muakkadah, namun keutamaannya luar biasa.






Salah satu keutamaan puasa asyura adalah menghapus dosa setahun sebelumnya.

سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

Rasulullah ditanya tentang puasa asyura, beliau menjawab, “dapat menghapus dosa setahun sebelumnya.” (HR. Muslim)

Rasulullah selalu mengutamakan puasa asyura, bahkan perhatian beliau lebih besar dibandingkan puasa-puasa sunnah lainnya. Namun, beberapa bulan sebelum beliau wafat, para shahabat mengabarkan bahwa orang Yahudi juga mengerjakan puasa tanggal 10 Muharram ini. Lalu beliaupun mensabdakan bahwa tahun depan beliau akan menambah puasa tanggal 9 Muharram yang dinamakan puasa tasu’a.

حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan orang agar berpuasa padanya, mereka berkata, “Ya Rasulullah, ia adalah suatu hari yang dibesarkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika datang tahun depan, insya Allah kita berpuasa juga pada hari kesembilan.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Ibnu Abbas berkata, “Maka belum lagi datang tahun berikutnya itu, Rasulullah SAW pun wafat.”






Para ulama menjelaskan, Rasulullah berazam berpuasa tasu’a dan asyura (9 dan 10 Muharram) sehingga menyelisihi kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Namun belum tiba saat itu, beliau sudah wafat.

Berdasarkan hadits itu, para ulama menganjurkan agar puasa asyura tidak hanya satu hari asyura saja (10 Muharram) tetapi perlu ditambahi sehari sebelumnya (tasu’a) atau sehari sesudahnya (1 Muharram), atau tiga hari (9, 10 dan 11 Muharram).

Sehingga puasa Asyura bisa dilakukan dengan empat cara:
1. Hanya puasa Asyura saja
2. Puasa tasu’a dan asyura
3. Puasa 3 hari yakni tasu’a, asyura dan 11 Muharam

Mana yang terbaik di antara puasa sehari, puasa dua hari dan puasa tiga hari itu? Dalam Fiqih Sunnah, Sayyid Sabiq menjelaskan bahwa puasa asyura ada beberapa tingkatan.

“Para ulama menyebutkan bahwa puasa Asyura ada tiga tingkatan,” tulis Sayyid Sabiq. “Pertama, berpuasa selama tiga hari, yaitu hari kesembilan, kesepuluh dan kesebelas. Kedua, berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh. Ketiga, berpuasa pada hari kesepuluh saja.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, jika seseorang berpuasa Asyura tanpa Tasu’a, disunnahkan baginya –menurut mazhab Syafi’i- berpuasa pula pada tanggal 11. Bahkan Imam Syafi’i sendiri dalam kitab Al Umm dan Al Imlaa’ menyatakan kesunnahan berpuasa pada tiga hari tersebut sekaligus. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Tarbiyah]

*Pembahasan lengkap puasa Asyura mulai dari keutamaan hingga niatnya bisa dibaca di artikel Niat Puasa Asyura








Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © SLAMET - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -