Posted by : Slamet
Minggu, 17 April 2016
MAKALAH
PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN
DOSEN PENGAMPU :
Drs. HURMAINI, M.Pd
DISUSUN OLEH KELOMPOK IV
SLAMET SUBAGJA
WAHYU AGUSTIN
VERLIYANTI
YUSPITA SEPTIANA
JURUSAN : PGMI
FAKULTAS : TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagaimna
yang Anda ketahui, tujuan akhir dari pengajaran bahasa Indonesia adalah siswa
terampil berbahasa. Dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan berbahasa tercermin dalam empat aspek keterampilan berbahasa, yakni keterampilan menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Pemerolehan keempat keterampilan berbahasa
selalu saling terkait. Artinya, pemerolehan keterampilan berbahasa yang satu
akan mendasari keterampilan lainnya.
Dua jenis keterampilan berbahasa pertama, yakni menyimak
dan berbicara diperoleh seseorang untuk pertama kalinya dilingkungan rumah. Dua
ketampilan berbahasa berikutnya, yakni membaca dan menulis diperoleh seseorang
setelah mereka memasuki usia sekolah. Oleh karena itu, kedua jenis keterampilan
berbahasa ini merupakan sajian pembelajaran yang utama dan pertama bagi
murid-murid sekolah dasar diawal kelas. Kedua materi keterampilan berbahasa ini
dikemas dalam satu paket pembelajaran yang dikenal MMP (Membaca Menulis
Permulaan).
B. Rumusan masalah
a.
Pengertian membaca menulis permulaan
b.
Tujuan pembelajaran MMP
c.
Berbagai macam metode pembelajaran MMP
d.
Model pembelajaran MMP
C. Tujuann
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan nya sebagai berikut :
a.
Untuk mengetahui pengertian membaca dan menulis permulaan
b.
Untuk mengetahui tujuan pembelajaran MMP
c.
Untuk mengetahui metode pembelajaran MMP
d.
Untuk mengetahui pembelajaran MMP
PENDAHULUAN
A.
Pembelajaran Membaca dan Menulis di
Kelas Rendah
Pada hari-hari
pertama sekolah, pada pemulaan tahun ajaran baru, sekolah-sekolah biasanya
disibukkan oleh keramaian murid-murid baru. Sekolah menjadi tambah ramai
manakala para pengantar (mungkin ibu, bapak, kakak atau anggota keluarga yang
lain) turut pula menyaksikan pengalaman pertama salah satu angota keluarganya
bersekolah.
Berikut ini kami
sajikan rekaman percakapan para pengantar murid baru disuatu sekolah dasar.
Ilustrasi percakapan ini akan membekali anda dalam memahami modal ini dengan
baik. Mari kita lihat percakapannya.
Bu
Sigit : O, Bu Imam
(sambil mengulurkan tangan), putranya
bersekolah disini juga ya
Bu
Imam : Iya … (bersalaman),
si bungsu ini memang agak lain dengan kakaknya. Dulu, Gumgum sudah bisa membaca
sebelum masuk SD. Si Gina baru hafal abjad saja. Dari huruf a sampai z dia hafal
Bu
Sigit : O, begitu (penuh
perhatian). Anak saya malah belum bisa apapun. Tetapi dia bisa menuliskan
namanya sendiri dengan betul. Mungkin ibu guru TK-nya yang mengajarinya begitu
Yanti : (tiba-tiba ikut bicara)
Kalau adik saya lain, Bu. Andri sudah bisa membaca suku-suku kata yang terdiri
atas dua huruf yang diakhiri dengan vocal misalnya ba, bi, bu, ca, ci, cu, dan
sebagainya. Akan tetapi, bila ditanya nama-nama hurufnya dia masih bingung.
Bu
Mimin : ibu-ibu itu lebih
beruntung. Anak saya tingal dengan neneknya sejak kecil di kampung. Jangakan
ada TK, untuk sekolah ke SD saja harus berjalan kaki sepanjang 1,5 km. mungkin
memegang pensil saja baru kali ini. Saya benar-benar khawatir. Jangan-janagan
anak saya tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya ini
Nah, demikianlah
kira-kira rekaman percakapan para pengantar murid baru di suatu sekolah dasar.
Bagaimana, adakah suatu yang mengusik pikiran anda? Anda benar, para murid baru
kelas 1 itu datang dari berbagai latar yang berbeda. Ada yang sudah melek huruf
(sudah mengenal huruf dan bisa membaca sekelompok atau serangkaian huruf
sebagai sekelompok bunyi yang bermakna), ada yang sekedar mengenal abjad, ada
yang sudah bisa menuliskan namanya sendiri, tetapi tidak mengerti apa yang
telah dituliskannya dan bahkan ada yang sama sekali tidak mengetahui apa-apa.
Pada awal-awal
persekolahan murid-murid kelas1 SD, sajian pembelajaran yang utama untuk mereka
adalah membaca dan menulis. Pembelajaran untuk kedua jenis keterampilan ini
dikemas dalam satu paket yang disebut paket MMP, paket membaca, dan paket
menulis permulaan. Melalui paket ini, untuk pertama kalinya para murid baru
diperkenalkan dengan lambing-lambang tulis yang biasa digunakan untuk
berkomunikasi. Sasaran utamanya adalah para murid kelas 1 SD memiliki kemampuan
membaca dan kemampuan menulis pada tingkat dasar. Kemampuan dasar dimaksud akan
menjadi landasan bagi keterampilan-keterampilan lain, baik dalam kehidupan
bermasyarakat.
Melalui ilustrasi
(rekaman percakapan ibu-ibu) di atas, anda bisa memperkirakan bahwa anak-anak
yang sudah melek huruf sudah mengalami proses pembelajaran MMP di lingkungan
sebelumnya, mungkin di lingkungan rumah atau persekolahan, seperti taman
kanak-kanak misalnya. Mereka memperoleh keterampilan membaca dan menulis
permulaan melalui metode MMP yang berbeda.
Apa sebenarnya MMP
itu? Mari kita ikuti penjelasan berikut ini.
A.
Pengertian MMP
MMP merupakan
kependekan dari Membaca Menulis Permulaan.
Sesuai dengan kepanjagannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang
diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas
awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak
memasuki bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan menu utama.
Mengapa disebut
permulaan, dan apa sasarannya? Peralihan dari masa bermain di TK (bagi yang
mengalaminya) atau dari lingkungan rumah (bagi anak yang tidak menjalani masa
di TK) ke dunia sekolah merupakan hal baru bagi anak. Hal pertama yang
diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan tersebut adalah
kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar
bagi pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya disekolah.
Kemampuan
membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar,
yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan
lambing-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat
dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambing-lambang huruf yang dibacanya
tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambing bunyi-bunyi tersebut.
Kemampuan melek
huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilikan kemampuan
membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana. Yang dimaksud melek wacana adalah
kemampuan membaca yang sesungguhnya, yakni kemampuan mengubah lambing-lambang
tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna yang disertai pemahaman akan lambing-lambang
tersebut. Dengan bekal kemampuan melek wacana inilah, kemudia anak dipajankan
dengan berbagai informasi dan pengetahuan dari berbagai media cetak yang dapat
diakses sendiri.
Kemampuan
menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada
tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada
kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan
lambing-lambang yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambing-lambang
itu menjadi bermakna. Selanjutnya, dengan kemampuan dasar ini, secara
perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuan menuangkan gagasan, pikiran, perasaan,
kedalam bentuk bahasa tulis melalui lambing-lambang tulis yang sudah
dikuasainya. Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.
B.
Tujuan Pembelajaran MMP
Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan
kurikulum terkini yang yang digunakan disekolah-sekolah sebagai pengganti atas
kurikulum sebelumnya, yakni kurikulum 1994. Penyempurnaan kurikulum ini mengacu
pada Undang-Undang N0.20 Tahu 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah terkait yang mengamanatkan adanya standar nasional
pendidikan. Standar-standar dimaksud berkenaan dengan standar isi, proses, dan
kompetensi lulusan serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum
pemerintah.
Seperti
dijelaskan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Ir. Indra Jati Sidi
dalam kata pengantar untuk kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia bahwa upaya penyempurnaan kurikulum dimaksudkan untuk mewujudkan
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara
menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya.
Dimensi-dimensi dimaksud meliputi aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti,
pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni, dan budaya. Pengembangan
aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup
yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan
hidup serta menyesuaikan diri, dan berhasil dalam kehidupuan. Kurikulum
tersebut dikembangankan secara lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
masing-masing daerah dan sokalah setempat.
Standar
kompetensi mata pelajaran Bahasa
Indonesia hendaknya memadai dan efektif sebagai alat berkomunikasi,
berinteraksi social, media pengembangan ilmu, dan alat pemersatu bangsa. Daerah
atau sekolah-sekolah diberi kesempatan untuk menjabarkan standar kompetensi itu
sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masing-masing secara kontekstual.
Standar kompetensi
mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek membaca, untuk SD dan MI
adalah “membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraph, berbagai teks
bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia, serta
mengapresiasika dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra
berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak,
syair lagu, pantun, dan drama anak. Kompetensi membaca juga diarahkan
menumbuhkan budaya baca”.
Standar
kompetensi aspek membaca dikelas 1 sekolah dasar ialah siswa mampu membaca dan
memahami teks pendek dengan cara membaca lancer (bersuara) dan membaca nyaring
beberapa kalimat sederhana. Standar kompetensi ini diturunkan ke dalam empat
buah kompetensi dasar, yakni:
1.
Membiasakan bersikap membaca yang
benar
2.
Membaca nyaring
3.
Membaca bersuara (lancer)
4.
Membacakan penggalan cerita
Berdasarkan
kompetensi dasar tersebut ditetapkanlah hasil belajar dan indikatornya seperti
tampak dalam uraian berikut.
Hasil Belajar
|
Indicator
|
Membiasakan
diri dan bersikap dengan benar dalam membaca:
1.
gambar tunggal
2.
gambar seri
3.
gambar dalam buku
|
1.
menunjukkan posisi duduk yang
benar
2.
mengatur jarak antara mata dan
objek harus tepat (30 cm)
3.
memegang objek dengan benar
4.
membuka buku dengan urutan yang
benar
|
Membaca
nyaring
1.
suku kata
2.
kata
3.
label
4.
angka arab
5.
kalimat sederhana
|
1.
mengenal huruf dan membacanya
sebagai suku kata, kata, dan kalimat sederhana
2.
membaca nyaring (didengar siswa
lain) kalimat demi kalimat dalam paragraph serta menggunakan lafal dan
intonasi yang tepat sehingga dapat dipahami orang lain
|
Membaca
bersuara (lancer) kalimat sederhana terdiri atas 3-5 kata
|
1.
membaca teks pendek dengan lafal
dan intonasi yang benar
2.
membaca dengan memperhatikan
tempat jeda (untuk berhenti, menarik napas): jeda panjang atau pendek
3.
membaca dengan memberikan
penekanan pada kata tertentu sesuai dengan konteksnya
4.
mengidentifikasi kata-kata kunci
dari bacaan agak panjang
|
Membacakan
penggalan cerita dengan lafal dan intonasi yang benar
|
Membacakan
penggalan cerita dengan lafal dan intonasi yang benar
|
Berdasarkan paduan
komptensi dasar, hasil belajar, dan indicator pencapaian hasil belajar, seperti
yang telah diuraikan dimuka, jelas tampak bahwa sasaran pembelajaran membaca
permulaan lebih diarahkan pada kemampuan “melek huruf” dengan titik berat
pengajaran diarahkan pada keterampilan membaca teknis.
Untuk keterampilan menulis di kelas 1 (kelas rendah), kurikulum
2004 menetapkan standar kompetensi sebagai berikut: siswa mampu menulis
beberapa kalimat yang dibuat sendiri dengan huruf lepas dan huruf sambung, menulis kalimat yang
didektekan guru, dan menulis rapi menggunakan huruf sambung. Standar kompetensi
ini diturunkan ke dalam tujuh buah kompetensi dasar, yakni:
1.
membiasakan sikap menulis yang benar
(memegang dan menggunakan alat tulis)n
2.
menjiplak dan menebalkan
3.
menyalin
4.
menulis permulaan
5.
menulis beberapa kalimat dengan
huruf sambung
6.
menulis kalimat yang didektekan guru
7.
menulis dengan huruf sambung
Berdasarkan kompetensi dasar tersebut ditetapkanlah hasil
belajar dan indikatornya menulis untuk kelas 1 sekolah dasar seperti tampak
dalam uraian berikut.
Hasil Belajar
|
Indikator
|
Bersikap
dengan benar dalam menulis:
1.
garis putus-putus
2.
garis lurus
3.
garis lengkung
4.
lingkaran
5.
garis pembentuk huruf
|
1.
menggerakkan telunjuk untuk
membuat berbagai bentuk garis dan lingkaran
2.
memegang alat tulis dan
menggunakannya dengan benar
3.
mewarnai
|
Menjiplak dan
menebalkan
1.
gambar
2.
lingkaran
3.
bentuk huruf
|
Menjiplak dan
menebalkan berbagai bentuk gambar, lingkaran dan bentuk huruf
|
Menyalin
1.
huruf
2.
kata
3.
kalimat
4.
angka arab
5.
kalimat atau beberapa kalimat
|
1.
menyalin atau mencontoh huruf
kata, atau kalimat dari buku atau papan tulis dengan benar
2.
menyalin atau mencontoh kalimat
dari buku atau papan tulis yang ditulis guru dan menuliskannya dibuku
tulisnya
|
Menulis
huruf, kata, dan kalimat sederhana dengan huruf lepas
|
1.
menulis huruf, kata dan kalimat
sederhana
2.
menulis huruf kata, dan kalimat
sederhana dengan benar dan dapat dibaca orang lain
3.
membuat label untuk benda-benda
dalam kelas
4.
melengkapi kalimat yang belum
selesai berdasarkan gambar
5.
menuliskan nama diri, umur, tempat
tinggal
|
Menulis
beberapa kalimat sederhana (terdiri atas 3-5 kata) dengan huruf sambung
|
1.
menuliskan pikiran dan pengalaman
dengan huruf sambung dengan rapi yang mudah dibaca orang lain
|
Menulis
kalimat yang didektekan guru menggunakan huruf sambung dan menuliskannya
dengan benar
|
1.
menulis kalimat secara benar dan
tepat mengikuti apa yang didektekan guru
2.
menulis dengan menggunakan huruf
sambung
|
Menulis rapi
kalimat dengan huruf sambung
|
Menulis
kalimat dengan huruf sambung yang
rapid an dapat dibaca orang lain
|
Berdasarkan
panduan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indicator pencapaian hasil belajar
seperti yang telah diuraikan dimuka, jelas tampak bahwa sasaran pembelajaran
menulis permulaan lebih diarahkan pada kemampuan menulis secara mekanis.
Strategi
Pembelajaran MMP
A.
metode Pembelajaran MMP
Berdasarkan
ilustrasi pencakapan yang diketengahkan pada awal modul ini, dapatkah anda
menunjukkan dan membedakan bermacam-macam metode MMP yang digunakan oleh Bu
Imam, Bu Sigit, Mbak Yanti, dan Bu Mimim dalam mengajari putra atau adik mereka
membaca? Keempat orang itu menggunakan metode MMP yang berbeda, bukan? Coba
anda temukan perbedaan-perbedaan tersebut dengan jalan mempelajari hakikat dari
berbagai macam metode MMP dalam uraian berikut.
1.
Metode Eja
Coba anda
perhatikan kasus putra Bu Imam, Gina dalam ilustrasi percakapan diatas. Sebelum
memasuki SD, Gina sudah mengenal dan hafal abjad. Namun, dia belum bisa
merangkai abjad-abjad tersebut menjadi ujaran bermakna. Gina sudah mengenal
lambing-lambang berikut: a,b, c, d, e, f. dan seterusnya sebagai a, be, ce, de,
e, ef, dan seterusnya. Bu Imam mengajari anaknya membaca dengan metode eja atau
biasa disebut metode abjad atau metode alphabet.
Mungkin anda
bertanya, bagaimana prinsip dasar metode eja tersebut? Pembelajaran membaca dan
menulis permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya dengan memperkenalkan
huruf-huruf secara alfabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalakan
anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A/a, B/b, C/c, D/d,
E/e, F/f, dan seterusnya, dilafalkan sebagai (a), (be), (ce), (de), (e), (ef),
dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis lambing, tulisan,
seperti a, b, c, d, e, f, dan seterusnya atau dengan rangkaian huruf rangkaian a, b, c, d, dan seterusnya.
Setelah melalui
tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalban dengan suku kata dengan cara
merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya. Misalnya:
B, a, d, u, menjadi b-a
à ba (dibaca
atau dieja /be-a/ Ã (ba)
d-u
à du (dibaca
atau dieja /de-u) Ã (du)
ba-du à dilafalkan à /badu/
b, u, k, u, menjadi b-u
à bu (dibaca
atau dieja /be-u/ Ã (bu)
k-u
à ku (dibaca
atau dieja /ke-u/ Ã (ku)
proses ini sama
dengan menulis permulaan, setelah anak-anak bisa menuliskan huruf-huruf lepas,
kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf yang berupa suku
kata. Sebagai contoh, ambillah kata “badu” tadi. Selanjutnya, anak diminta
menulis seperti ini: ba-du à badu.
Proses
pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana.
Contoh-contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan
kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral, pendekatan
komunikatif, dan pengalaman berbahasa. Artinya, pemilihan bahan ajar untuk
pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari
hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah,
akrab, familiar dengan kehidupan anak menuju hal-hal yang sulit dan mungkin
merupakan sesuatu yang baru bagi anak.
Melihat kasus
putra bu Imam dalam proses pembelajaran MMP, tampaknya terdapat kelemahan yang
mendasar dari penggunaan metode eja ini. Dapatkah anda menemukan kelemahanya?
Benar! Meskipun putra bu Imam sudah mengenal dan hapal abjad dengan baik, namun
dia tetap mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian-rangkaian huruf yang
berupa suku kata atau pun kata. Anak yang baru mulai belajar membaca, mungkin
akan mengalami kesukaran dalam memahami system pelafalan bunyi /b/, dan /a/
menjadi (ba) bukan (bea). Bukankah huruf /b/ dilafalkan (be) dan huruf /a/
dilafalkan (a). mengapa kelompok huruf /ba/ dilafalkan (ba) bukan (bea),
seperti tampak pada pelafalan awalnya? Hal ini, tentu akan membingungkan anak.
Penanaman konsep hafalan abjad dengan menirukan bunyi pelafalannya secara
mandiri, terlepas dari konteksnya, menyebabkan anak mengalami kebingungan
manakala menghadapi bentukan-bentukan baru, seperti bentuk kata tadi.
Disamping hal
tersebut, hal lain yang dipandang sebagai kelemahan dari penggunaan metode ini
adalah dalam pelafalan diftog dan fonem-fonem rangkap, seperti /ng/, /ny/,
/kh/, /ai/, /au/, /oi/, dan sebagainya. Sebagai contoh kita mengambil fonem
/ng/. anak-anak mengenal huruf tersebut sebagai (en) dan (ge). Dengan demikian,
mereka berkesimpulan bahwa fonem itu jika dilafalkan akan menjadi (en-ge) atau
(neg) atau (nege).
Bertolak dan kedua
kelemahan tersebut, tampaknya proses pembajaran melalui system tubian dan
hafalan akan mendominasi proses pembelajaran MMP dengan metode ini. Padahal,
seperti yang anda ketahui, pendekatan konstekstual merupakan cirri utama
dari pelaksanaan kurikulum SD yang saat
ini berlaku. Prinsip kebermaknaan dan menemukan diri sendiri sebagai cerminan
dari pendekatan tersebut dalam proses pembelajaran menjadi terabaikan bahkan
terhapus dengan menggunakan metode ini.
2.
Metode Bunyi
Para mahasiswa
D2PGSD, masih ingkatkah anda dengan pengalaman pertama belajar membaca dan
menulis, dulu waktu dikelas 1 SD? Apakah anda punya pengalaman yang sama
seperti Gina, putra bu Imam atau mungkin seperti saya? Sebelum memasuki SD,
saya diajari membaca untuk pertama kalinya oleh ibu saya sendiri. Beliau
hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Beliau tidak mengenal istilah metode
atau istilah didaktik-metodik. Akan tetapi, proses pembelajaran membaca
permulaan yang beliau tanamkan kepada saya, mampu menjadikan saya sebagaimana
keadaannya sekarang ini.
Tahukah anda,
bagaimana cara beliau mengajari saya membaca? Baiklah, akan saya jelaskan.
Proses pembelajaran membaca permulaan yang beliau lakukan hampir sama dengan
proses pembelajaran yang dilakukan bu Imam terhadap putranya. Perbedaanya
terletak pada system pelafalan abjad atau huruf. Contoh:
Huruf /b/ dilafalkan (eb)
/d/
dilafalakan (ed)
/e/
dilafalkan (e)
/g/
dilafalkan (eg)
/p/
dilafalkan (ep)
Catatan:
Dilafalkan dengan
e pepet, seperti pelafalan pada kata benar, keras, pedas, lemah.
Dengan demikian kata nani dieja menjadi:
/en-a/ Ã (na)
/en-i/ à (ni) à dibaca à (na-ni)
Ibu saya
melakukan proses pembelajaran membaca permulaan ini melalui proses pelatihan
dan proses tubian. Penguat-penguat yang beliau berikan dalam melaksanakan
proses pembelajaran membaca permulaan melalui metode ini, mampu membangkitkan
motivasi saya untuk terus belajar dan berlatih.
Apa yang dapat
anda simpulkan dari pengalaman belajar membaca permulaan, seperti yang
diilustrasikan tadi? Ya, benar! Proses pemeblajaran MMP seperti itu dilakukan
melalui metode bunyi. Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja.
Prinsip dasar dan proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode eja
atau abjad diatas. Demikian juga dengan kelemahan-kelemahannya. Perbedaanya
terletak hanya pada cara atau system pembacaan atau pelafalan abjad
(huruf-hurufnya).
3.
Metode Suku Kata
Untuk memahami
konsep metode suku kata saya persilahkan anda untuk meneliti kembali kasus Mbak
Yanti seperti dalam contoh ilustrasi percakapan di muka. Andri memperoleh
keterampilan membaca melalui metode suku kata.
Proses
pembelajaran MMP dengan metode ini awali dengan pengenalan suku kata, seperti
/ba, bi,bu, be, bo/; /ca, ci, cu ,ce, co/; /da, di, du, de, do/; /ka,ki, ku,
ke, ko/, dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi
kata-kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat
membuat berbagai variasi panduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk
bahan ajar MMP. Kata-kata dimaksud, misalnya:
Bo-bi cu-ci da-du ka-ki
Bi-bu ca-ci di-da ku-ku
Bi-bi ci-ca da-du ka-ku
Ba-ca ka-ca du-ka ku-da
Kegiatan ini
dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kelompok kata atau
kalimat sederhana. Contoh rangkaian kata menjadi kalimat dimaksud, seperti
tampak pada contoh berikut ini.
Ka-ki ku-da
Ba-ca bu-ku
Cu-ci ka-ki
Proses
pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian
melahirkan istilah lain untuk metode ini yakni metode rangkai-kupas.
Jika
disimpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMp dengan metode suku kata adalah:
a.
Tahap pertama, pengenalan suku-suku
kata
b.
Tahap kedua, perangkaian suku-suku
kata menjadi kata
c.
Tahap ketiga, perangkaian kata
menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana
d.
Tahap keempat, pengintegrasian
kegiatan perangkaian dan pengupasan (kalimat à kata-kata à suku-suku
kata)
Metode suku
kata popular dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an. Dalam pembelajaran baca
tulis Al-Qur’an, metode ini dikenal dengan metode iqro.
4.
Metode Kata
Proses
pembelajaran MMP, seperti yang digambarkan dalam langkah-langkah diatas dapat
pula dimodifikasi dengan mengubah objek pengenalan awalnya. Sebagai contoh,
proses pembelajaran MMP diawali dengan pengenalan sebuah kata tertentu. Kata
ini, kemudian dijadikan lembaga sebagai dasar untuk pengenalan suku kata dan
huruf. Artinya, kata dimaksud diuraikan (dikupas) menjadi suku kata, suku kata
menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, dilakukan proses perangkaian huruf menjadi
suku kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan tadi
dikembalikan lagi kebentuk asalnya sebagai kata lembaga (kata semula).
Karena proses
pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses pengupasan dan
penguraian maka metode ini dikenal juga sebagai metode kupas-rangkai. Sebagian
orang menyebutnya metode kata atau metode kata lambing.
5.
Metode Global
Sebagian orang
mengistilahkan metode ini sebagai metode kalimat. Dikatakan demikian karena
alur proses pembelajaran MMP yang diperhatikan melalui metode ini diawali
dengan penyajian beberapa kalimat secara global. Untuk membantu pengenalan
kalimat dimaksud, biasanya digunakan gambar. Dibawah gambar tersebut,
dituliskan sebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada makna gambar tersebut.
Sebagai contoh, apabila kalimat yang diperkenalkan berbunyi ini Nani maka
gambar yang cocok untuk menyertai kalimat itu adalah gambar seorang anak
perempuan.
Selanjutnya,
setelah anak diperkenalkan dengan beberapa kalimat, barulah proses pembelajaran
MMP dimulai. Mula-mula, guru mengambil salah satu kalimat dari beberapa kalimat
yang diperkenalkan diawal pembelajaran tadi. kalimat tersebut dijadikan
dasar/alat untuk pembelajaran MMP. Melalui proses deglobalisasi (proses
pengurai kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih kecil, yakni menjadi kata,
suku kata, dan huruf), selanjutnya anak menjalani proses belajar MMP.
Proses
penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi
huruf-huruf, tidak disertai dengan proses sintesisi (perangkai kembali).
Artinya, huruf-huruf yang telah teruarai itu tidak dikembalikan lagi pada
satuan diatasnya, yakni suku kata. Demikian juga dengan suku-suku kata, tidak
dirangkaikan lagi menjadi kata, kata-kata menjadi kalimat.
Menguraikan
salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi
huruf-huruf
Ini dadu
Ini dadu
i-ni da-du
i-n-i d-a-d-u
6.
Metode SAS
Anda past sudah
hafal benar kepanjangan SAS. Masih ingat? Ya, benar SAS merupakan singkatan
dari structural analitik sintetik. Motode SAS merupakan salah satu jenis metode
yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan
bagi siswa pemula.
Pembelajaran
MMP dengan metode ini mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan
memperkenalkan sebuah kalimat yang utuh. Mula-mula anak diperkenalkan sebuah
struktur yang member makna lengkap, yakni struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan
untuk membangun konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak. Anak lebih baik jika
struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran MMP dengan metode
ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar
itu sendiri. Untuk itu, sebelum KBM MMP yang sesungguhnya dimulai, guru dapat
melakukan pra-KBM melalui berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat
memanfaatkan rangsangan gambar, benda nyata, tanya jawab informal untuk
menggali bahasa siswa. Setelah ditemukan suatu structural kalimat yang dianggap
cocok untuk materi MMP, barulah KBM MMP yang sesungguhnya dimulai. Pembelajaran
MMP dimulai dengan pengenalan struktur kalimat.
Kemudian,
melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat
utuh yang dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca permulaan ini
diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata.
Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga pada wujud
satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf.
Proses
penguraian atau penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS,
meliputi:
a.
Kalimat menjadi kata –kata
b.
Kata menjadi suku kata
c.
Suku kata menjadi huruf-huruf
Pada tahap
selanjutnya, anak-anak didorong untuk melakukan kerja sintesis (menyimpulkan).
Satuan-satuan bahasa yang telah terurai tadi dikembalikan lagi kepada satuannya
semula, yakni dari huruf-huruf menjadi suku kata, suku-suku kata menjadi kata,
dan kata-kata menjadi kalimat. Dengan demikian, melalui proses sintesis ini,
anak-anak akan menemukan kembali wujud struktur semula, yakni sebuah kalimat
yang utuh.
Melihat
prosesnya, tampaknya metode ini merupakan campuran dari metode-metode membaca
permulaan seperti yang telah kita bicarakan diatas. Oleh karena itu, penggunaan
metode SAS dalam pembelajaran MMP pada sekolah-sekolah kita ditingkat SD pernah
diajarkan, bahkan diwajibkan pemakaiannya oleh pemerintah.
Beberapa
manfaat yang dianggap sebagai kelebihan dari metode ini, diantaranya sebagai
berikut:
a.
Metode ini sejalan dengan prinsip
linguistic (ilmu bahasa) yang memandang satuan bahasa terkecil untuk
berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-satuan bahasa
dibawahnya, yakni kata, suku kata, dan akhirnya fonem (huruf-huruf)
b.
Metode ini mempertimbangkan
pengalaman berbahasa anak. Oleh Karena itu, pengajaran akan lebih bermakna bagi
anak karena bertolak dari sesuatu yang dikenal dan diketahui anak. Hal ini akan
memberikan dampak positif terhadap daya ingat dan pemahaman anak
c.
Metode ini sesuai dengan prinsip
inkuiri (menemukan sendiri). Anak mengenal dan memahami sesuatu berdasarkan
hasil temuannya sendiri. Sikap seperti ini akan membantu anak dalam mencapai
keberhasilan belajar.
Bahan ajar untuk
pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini tampak, sebagai berikut:
Ini
mama
Ini mama
i-ni ma-ma
i-n-i m-a-m-a
i-ni ma-ma
ini
mama
ini mama
Uraian ini
ditutup dengan dengan sebuah simpulan bahwa tidak ada metode yang terbaik dan
juga tidak ada metode yang terburuk. Masing-masing metode mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Metode yang terbaik adalah metode yang cocok dengan pemakaiannya.
Setelah anda
mempelajari bermacam-macam metode yang biasa digunakan untuk pembelajaran MMP,
tentu anda berkesimpulan bahwa setiap metode memiliki keunggulan dan
kelemahannya masing-masing. Oleh karena itu, sangatlah keliru jika ada orang
yang beranggapan bahwa metode ini merupakan metode yang terbaik dan metode itu
merupakan metode yang terburuk. Metode terbaik adalah metode yang paling cocok
dengan pembawaan metode tersebut.
B.
Model Pembelajaran MMP
Pada bagian
ini, kita akan berlatih bagaimana melaksanakan pembelajaran MMP dalam kegiatan
belajar mengajar didalam kelas dengan mengambil salah satu metode tertentu.
Tentu saja, model ini bukanlah satu-satunya acuan yang terbaik, sebab mengajar itu
adalah seni. Masing-masing orang mempunyai gaya dan seni tersendiri dalam
mengajar. Yang perlu anda pahami disini, bukanlah persoalan teknik dan strategi
mengajar, melainkan konsep-konsep pokok langkah-langkah pembelajaran MMP yang
berlandaskan pada penggunaan metode MMP tertentu.
Mengenai
pemilihan metode pembelajaran MMP apa yang paling tepat digunakan oleh guru
bagi pembelajaran pemula tidaklah begitu penting. Guru dapat memilih metode MMP
yang paling tepat dan paling cocok sesuai dengan situasi dan kondisi siswanya.
Namun, penggunaan pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif), pendekatan
komunikatif-integratif, dan CTL (contextual teaching and learning) hendaknya
benar-benar dilaksanakan oleh setiap guru.
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar MMP terbagi kedalam dua tahapan sebagai berikut:
1.
Pembelajaran tanpa buku
2.
Pembelajaran menggunakan buku
1.
Langkah-Langkah Pembelajaran MMP
Tanpa Buku
Pembelajaran
membaca permulaan tanpa buku berlangsung pada awal-awal anak bersekolah pada
minggu-minggu pertama mereka duduk dibangku sekolah. Hal ini dapat berlangsung
kira-kira 8-10 mingu. Jika memungkinkan tenggang waktu tersebut dapat
dipersingkat lagi, sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Berikut ini
akan disajikan salah satu model alternative pembelajaran membaca permulaan
tanpa buku. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
Sebelum KBM
dilakukan sebaiknya guru mengawalinya dengan berbagai kegiatan pra-KBM yang
dapat merangsang dan menggali pengalaman berbahasa anak. Percakapan-percakapan
ringan antara guru dan siswa sebelum KBM dimulai merupakan langkah awal yang
bagus untuk membuka pintu komunikasi. Sapaan-sapaan hangat dan berbagai
pertanyaan ringan kepada mereka akan membuat siswa termotivasi untuk betah dan
mau belajar disekolah.
Contoh
percakapan ringan itu, dapat dilukiskan seperti berikut ini.
Guru : selamat pagi, anak-anak! Selamat datang
disekolah ini
Murid : selamat pagi bu!
Guru : bu guru senang sekali bisa bertemu dengan
anak-anak yang manis-manis dan rapi-rapi. Yang duduk di depan ini siapa namanya?
Murid : gina bu!
Guru : wah… bagus sekali namanya. Disamping gina
siapa?
Murid : orin bu!
Guru : oh… orin! Namanya seperti orang jepang ya?
Nah… tadi kita sudah berkenalan dengan gina dan orin, bagaimana kalau sekarang
kita berkenalan dulu dengan semuanya? Caranya begini, kalau ibu menunjuk salah
satu dari kamu, kamu harus menyebutkan nama dan alamat rumah. Misalnya ibu
nunjuk gina, lalu gina harus memperkenalkan diri seperti ini. Dengarkan contoh
dari bu guru, “Nama saya Gina, saya tinggal diperumahan Margahayu raya no 78”.
Mari kita mulai ya!! (lalu buk guru menunjuk Dudi)
Dudi : nama saya Dudi, saya tinggal di Blok H no.2
dekat sekolah ini.
Selanjutnya, pilihlah variasi-variasi kegiatan belajar mengajar
berikut.
a.
Menunjukkan Gambar
Variasi ini
dilakukan dengan cara guru memperlihatkan sebuah gambar yang dilukiskan sebuah
keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan dua anak (laki-laki dan peremupuan)
b.
Menceritakan Gambar
Guru menceritakan
gambar tersebut dengan member nama terhadap peran-peran yang terdapat dalam
gambar. Penamaan tokoh-tokoh hendaknya menggunakan huruf-huruf yang
pertama-tama hendak diperkenalkan kepada anak. Buku paket dapat dijadikan acuan
untuk penamaan tokokh-tokoh tersebut. Misalnya, anda dapat menyebutkan mama
untuk gambar ibu, papa untuk gambar ayah, tini untuk anak perempuan, dan tono
untuk gambar anak laki-laki. Tema cerita dapat disesuaikan dengan tema-tema
yang terdapat dalam kurikulum atau tema-tema yang dipikirkan menarik perhatian
anak dan akrab dengan kehidupan anak.
c.
Siswa Bercerita Dengan Bahasa
Sendiri
Selanjutnya,
satu dua orang siswa diminta menceritakan kembali gambar tersebut dengan
bahasanya sendiri.
d.
Memperkenalkan Bentuk-Bentuk Huruf
(Tulisan) Melalui Bantuan Gambar
Pada fase ini,
guru mulai melepaskan gambar-gambar tadi secara terpisah dan menempelkan
tulisan sebagai keterangan atas gambar tadi. Sebagai contoh, dibawah gambar ibu
tertera tulisan yang berbunyi, ini mama atau ini ibu.
e.
Membaca Tulisan Gambar
Pada fase ini,
guru mulai melakukan proses pembelajaran membaca sesuai metode yang dipilihya.
Jika menggunakan metode eja atau metode bunyi pengenalan lambang tulisan akan
diawali dengan pengenalan huruf-huruf melalui proses hafalan. Jika menggunakan
metode global atau SAS proses pembelajaran membaca akan dimulai dari pengenalan
struktur kalimat (sederhana), lalu diuraikan menjadi kata, kata menjadi suku
kata, hingga unit terkecil ditingkat huruf. Setelah itu dilakukan perangkaian
huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat, hingga
kembali ke struktur semula.
f.
Membaca Tulisan Tanpa Gambar
Setelah proses
ini dilalui, langkah selanjutnya guru secara perlahan-lahan dapat menyingkirkan
gambar-gamabr tadi dan siswa diupayakan untuk melihat bentuk tulisan saja.
Kegiatan ini dapat disertai dengan penyalinan bentuk tulisan dipapan tulis dan
guru menyajikan wacana sederhana yang dapat memberikan keutuhan makna atau
keutuhan informasi kepada anak.
Misalnya, guru
dapat menyajikan wacana seperti berikut.
Ini
mama
Ini
mimi
Ini
nana
Ini
mama mimi
Ini
mama nana
g.
Memperkenalkan Huruf, Suku Kata,
Kata atau Kalimat dengan Bantuan Kartu
Berikut ini
akan disajikan berbagai alternatif pengenalan berbagai unsur bahasa melalui
kartu-kartu.
1)
|
|
Memperkenalkan
unsur kalimat/kata
Ini
|
Mama
|
…
|
Mama
|
Ini
|
…
|
…
|
…
|
2)
|
|
|
|
Memperkenalkan
unsur kata/suku kata
Mana Mimi
|
|
Ma..
|
.. mi
|
..na
|
.. mi
|
…
|
…
|
3)
Memperkenalkan unsur suku kata/huruf
Ma
|
|
Ma
|
|
M
|
A
|
M
|
A
|
…
|
A
|
M
|
A
|
…
|
…
|
M
|
A
|
…
|
…
|
…
|
A
|
…
|
…
|
…
|
…
|
Ada hal penting
yang harus diperhatikan guru dalam menguraikan suku kata menjadi bunyi-bunyi
huruf. Perhatikann ilustrasi berikut (guru memperlihatkan kartu suku kata (ma))
Guru : /ma/ (suku kata ini
diucapkan panjang dan bunyi (m) didengungkan)
Murid : /mmm/ (panjang)
Guru : lalu?
Murid :/a…/ (panjang)
4)
Memperkenalkan Unsur Suku Kata/Huruf
|
Perhatikan
contoh kartu-kartu huruf berikut serta bentukan-bentukan kata yang
dihasilkannya.
|
||||||
|
||||||
|
||||||
5)
Merangkai Suku Kata Menjadi Kata
Anda dapat
melakukannya seperti pada butir (4) diatas, namun kartu yang dipergunakan untuk
merangkai kata adalah kartu-kartu suku kata.
Demikianlah
model-model alternatif pengajaran membaca permulaan tanpa buku. Anda dapat
mengembangkan model lain yang lebih kreatif dan menarik serta cocok dengan
situasi dan kondisi murid-murid anda.
Pengajaran
menulis permulaan tanpa buku dapat dilakukan melalui pelatihan mekanik untuk
melemaskan otot-otot tangan, misalnya berlatih membuat telur atau lingkaran
diudara, membuat pagar udara, menirukan gambar huruf diudara, dan sejenisnya.
2.
Langkah-Langkah Pembelajaran MMP
dengan Menggunakan Buku
Setelah anda
memastikan diri bahwa murid-murid anda mengenal bentuk-bentuk tulisan dengan
baik melalui pembelajaran membaca tanpa buku, langkah selanjutnya anak-anak
mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang tulis yang tercetak didalam buku.
Langkah awal yang paling penting didalam pembelajaran MMP dengan buku adalah
bagaimana menarik minat dan perhatian siswa agar mereka tertarik dengan buku
(bacaan) dan mau belajar sendiri yang dilandasi motivasi instrinsik. Kondisi
belajar terpaksa atau dipaksakan harus dihindari.
Ada beberapa
tawaran alternatif langkah pembelajaran MMP dengan menggunakan buku. Kegiatan
pembelajaran pada fase ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan awal, yakni
pembelajaran MMP tanpa buku. Dengan demikian, diasumsikan anak-anak tidak
berangkat dari kondisi nol. Berikut beberapa alternatif pembelajaran yang
ditawarkan.
a.
Membaca Buku Pelajaran (Buku Paket)
Langkah-langkah
pembelajarannya adalah sebagai berikut ini.
1.
Siswa diberi buku (paket) yang sama
dan diberi kesempatan untuk melihat-lihat isi buku tersebut. Mereka mungkin
membuka buku dan membolak-balik halaman demi halaman dari buku tersebut hanya
sekedar untuk melihat-lihat gambarnya saja. Oleh karena itu, penting bagi guru
untuk mempertimbangkan segi kemenarikan ilustrasi didalam memilih buku ajar
untuk siswa.
2.
Siswa diberi penjelasan singkat
mengenai buku tersebut; tentang warna,, jilid, tulisan/judul luar, dan
sebagainya.
3.
Siswa diberi penjelasan dan petunjuk
tentang bagaimana cara membuka halaman-halaman buku agar buku tetap terpelihara
dan tidak cepat rusak.
4.
Siswa diberi penjelasan mengenai
fungsi dan kegunaan angka-angka yang menunjukkan halaman-halaman buku.
5.
Siswa diajak memusatkan perhatian
pada salah satu teks/bacaan yang terdapat dalam halaman tertentu.
6.
Jika bacaan itu disertai gambar,
sebaiknya terlebih dahulu guru bercerita tentang gambar dimaksud.
7.
Selanjutnya, barulah pelajaran
membaca dimulai. Guru dapat mengawali pembelajaran ini dengan cara yang
berbeda-beda. Ada yang mengawalinya dengan pemberian contoh (pola kalimat yang
tersedia dengan lafal dan intonasi yang baik dan benar), ada yang langsung
meminta contoh dari salah seorang siswa yang dianggap sudah mampu membaca
dengan baik atau dengan cara lainnya.
Pelajaran membaca selanjutnya dapat dilakukan, seperti
contoh-contoh model pembelajaran membaca tanpa buku. Perbedaanya terletak pada
alat ajarnya. Membaca tanpa buku dilakukan dengan memanfaatkan gambar-gambar,
kartu-kartu, dan lainnya; sementara membaca dengan menggunkan buku memanfaatkan
buku sebagai alat dan sumber belajar. Hal ini yang perlu anda perhatikan dalam
pembelajaran MMP adalah penerapan prinsip pengajaran bahasa (bahasa indonesia).
Salah satu prinsip pengajaran bahasa dimaksud bahwa pembelajaran bahasa harus
dikembalikan kepada fungsi utamanya sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu,
model pembelajaran bahasa harus didasarkan pada pendekatan
komunikatif-integratif . artinya, disamping mengajar membaca, guru harus pandai
menggali potensi anak dalam melakukan aktivitas berbahasanya seperti menyimak,
berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi sastra.
b.
Membaca Buku dan Majalah Anak yang
Sudah Dipilih
Pengenalan
terhadap jenis bacaan lain selain buku ajar sangat membantu anak didalam
menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca sejak dini. Namun, tentu saja pemilihan
buku dan majalah bebas itu perlu dilakukan guru dengan mempertimbangkan taraf
kemampuan siswa, azas kebermaknaan, dan kebermanfaatan, kemenarikan,
keterbacaan, dan kemudahan memperolehnya.
Untuk langkah
awal, bacaan-bacaan sederhana hendaknya menjadi pilihan utama. Kosakata yang
dipakai dalam bacaan tersebut hendaknya mengandung huruf-huruf yang sudah
dikenal anak, disamping pemakaian kosakata yang juga dianggap yang suda dikenal
anak.
c.
Membaca Bacaan Sususunan Bersama
Guru-Siswa
Untuk
menerapakan model ini, beberapa langkah-langkah yang ditempuh adalah berikut.
1.
Guru memperlihatkan beberapa gambar,
anak diminta untuk menyebutkan gambar-gamabr tersebut.
2.
Disamping gambar, guru juga
memperlihatkan beberapa kartu (bisa kartu huruf, kartu suku kata, atau kartu
kata). Anak diminta menempelkan kartu0kartu dimaksud dibawah gambar sehingga
gambar-gambar dimaksud menjadi berjudul.
3.
Satu-dua buah gambar dipilih anak
untuk bahan diskusi dan sebagai stimulas untuk membuat bacaan bersama. Melalui
arahan dan bimbingan guru, misalnya melalui kegiatan tanya jawab, diharapkan
guru dan siswa dapat menyusun bacaan bersama. Pada kegiatan ini, usahakan
mengajak siswa untuk mebuat kalimat-kalimat. Kalimat-kalimat tersebut lalu
disusun menjadi bacaan sederhana.
Contoh:
a)
Guru memperlihatkan gambar seorang
anak perempuan yang sedang membonceng anak laki-laki menggunakan sepeda roda
tiga.
b)
Disediakan kata huruf yang terdiri
atas:
/a/ (13 buah);
/i/ (15 buah); /e/ (4 buah); /m/ (6 buah); /s/ (2 buah); /p/ (2 buah); /d/ (5
buah); /k/ (2 buah); /n/ (10 buah) /g/ (2 buah); /o/ (2 buah); /t/ (2 buah).
c)
Guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai gambar
Guru : siapakah nama anak
perempuan ini?
Murid : ini mimi
Guru : siapakah nama anak
laki-laki ini?
Murid : ini nana
Guru : yang mana kakaknya?
Murid : mimi
Guru : yang mana adiknya?
Murid : nana
Guru : mereka naik apa?
Murid : sepeda
Gurur : ada berapa roda
sepeda ini?
Murid : ada tiga
(dan seterusnya)
d)
Kemungkinan wacana/bacaan yang
dihasilkan bersama
Ini mimi
Ini nana
Nana adik mimi
Mimi dan nana
naik sepeda
Sepeda roda
tiga
Sepeda baru
dari ibu
4.
Guru menyajikan gambar dengan bacaan
hasil susunan bersama antara guru-siswa sebagai bahan ajar permulaan
d.
Membaca Bacaan Susunan Siswa
(kelompok perseorangan)
Langkah-langkah
yang ditempuh pada kegiatan ini pada dasarnya hampir sama dengan kegiatan membaca
bacaan susunan bersama guru-siswa. Hanya pada kegiatan ini lebih banyak
melibatkan kegiatan siswa. Guru berkeliling untuk mengontrol dan membimbing
siswa atau kelompok siswa yang mengalami kesulitan. Tentu saja, pada kegiatan
ini lebih banyak diperlukan alat bantu, baik gambar-gambar maupun kartu-kartu
atau alat ajar laiinya.
3.
Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis
Permulaan
Langkah-langkah
kegiatan menulis permulaan terbagi kedadalam dua kelompok, yakni:
a.
Pengenalan huruf
Kegiatan ini
dilaksanakan bersamaa dengan kegiatan pembelajaran membaca permulaan.
Pelaksanaan pembelajaran diarahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta
pelafalannya dengan benar. Fungsi
pengenalan ini dimaksudkan untuk melatih indra siswa dalam menganal dan
membedakan bentuk dan lambang-lambang tulisan.
Mari kita
perhatikan salah satu contoh pembelajaran pengenalan bentuk tulisan untuk murid
kelas 1 SD. Misalnya, guru hendak memperkenalkan huruf a, i, dan n.
langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut.
1)
Guru menunjukkan gambar seorang anak
perempuan dan seorang anak laki-laki. Kedua gambar tersebut diberi nama nani
dan nana.
2)
Guru memperkenalkan nama kedua anak
itu sambil menunjukkan tulisan nani dan nana yang tertera dibawah masing-masing
gambar.
3)
Melalui proses tanya jawab secara
berulang-ulang anak diminta menunjukkan mana nani dan mana nana sambil diminta
menunjukkan bentuk tulisannya.
4)
Selanjutnya, guru memindahkan dan
menuliskan kedua bentuk tulisan tersebut dipapan tulis dan anak diminta
memperhatikannya. Guru hedaknya menulis secara perlahan-lahan dan anak diminta
untuk memperhatikan gerakan-gerakan tangan serta conntoh pengucapan dari bentuk
tulisan yang sedang ditulis guru.
5)
Setiap tulisan tersebut, kemudian
dianalisis da disintesiskan kembali. Perhatikan cotoh tulisan berikut.
Nani nana
Na ni na na
N a
n i
n a n
a
Na ni na ni
Nani nana
Demikian
seterusnya, kegiatan ini dilaksanakan berulang-ulang bersamaan dengan
pembelajaran membaca permulaan. Proses pemberian latihan dilaksanakan dengan
mengikuti prinsip dari yang mudah ke yang sukar, dari latihan sederhana menuju
latihan yang kompleks.
b.
Latihan
Ada beberapa
bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan, seperti berikut ini.
1)
Latihan memegang pensil dan duduk
dengan sikap dan posisi yang benar
Tangan kanan
berfungsi untuk menulis, tangan kiei untuk menekan buku agar tidak mudah
bergeser. Pensil diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk, dan jari tengah
menekan pensil dengan luwes, tidak kaku. Posisi badan ketika duduk hendaknya
tegak. Dada tidak menempel pada meja, jarak mata antara mata dengan buku
kira-kira 25-30 cm.
2)
Latihan gerakan tangan
Mula-mula
melatih gerakkan tangan diudara dengan telunjuk sendiri atau dengan bantuan
alat seperti pensil, kemudian dilanjutkan dengan latihan dalam buku latihan. Agar kegiatan ini
menarik, sebaiknya disertai dengan kegiatan bercerita, misalnya untuk melatih
membuat garis tegak lurus guru dapat bercerita yang ada kaitannya dengan pagar,
bulatan dengan telur.
3)
Latihan mengeblet
Yakni menirukan
atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang telah ada. Ada
beberapa cara untuk mengeblat yang bisa dilakukan anak, misalnya dengan
menggunakan kertas karbon, kertas tipis, menebalkan tulisan yang sudah ada.
Sebelum anak melakukan kegiatan ini, guru hendaknya memberi contoh cara menulis
dengan benar dipapan tulis, kemudian menirukan gerakan tersebut dengan telunjuk
diudara. Setelah itu, barulah kegiatan mengeblat dimulai.
4)
Latihan menghubung-hubungkan tanda
titik yang membentuk tulisan
Latihan dapat
dilakukan dalam buku-buku yang secara khusus menyajikan latihan semacam ini.
5)
Latihan menatap bentuk tulisan
Latihan ini
dimaksudkan untuk melatih koordinasi antara mata, ingatan dan jari anak ketika
menulis sehingga anak dapat mengingat bentuk kata atau bentuk huruf dalam
benaknnya dan memindahkannya ke jari tangannya. Dengan demikian, gambaran kata
yang hendak ditulis tergores dalam ingatan dan pikiran siswa pada saat dia
menuliskannya.
6)
Latihan menyalin, baik dari buku
pelajaran maupun dari tulisan guru pada papan tulis
Latihan ini
hendaknya diberi setelah dipastikan bahwa semua anak telah megenal huruf dengan
baik. Ada beragam model variasi latihan menyalin, diantaranya menyalin tulisan
apa adanya sesuai dengan sumber yang ada, menyalin tulisan dengan cara yang
berbeda, misalnya dari huruf cetak ke huruf tegak bersambung, atau sebaliknya
dari huruf tegak bersambung ke huruf cetak.
7)
Latihan menulis halus indah
Latihan dapat
dilakukan dengan menggunakan buku bergaris untuk latihan menulis atau buku
kotak. Ada petunjuk berharga yang dapat ada ikuti jika murid-murid anda tidak
memiliki fasilitas seperti ini. perhatikan petunjuk berikut dengan cermat.
a)
Untuk tulisan huruf cetak, bagilah
setiap baris pada halaman buku menjadi dua. Untuk ukuran dan bentuk tulisan,
lihat pedoman yang dikeluarkan oleh departemen Pendidikan Nasional.
b)
Untuk tulisan tegak bersambung.
Bagilah setiap garis pada halaman buku menjadi tiga bagian. Untuk ukuran dan
bentuk tulisan lihat pedoman dari Depdiknas
8)
Latihan dikte/imla’
Latihan ini
dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengkoordinasikan antara ucapan,
pendengaran, ingatan, dan jari-jarinya ketika menulis sehingga ucapan seseorang
itu dapat didengar, diingat,dan dipindahkan kedalam wujud tulisan dengan benar.
9)
Latihan melengkapi tulisan
(melengkapi
huruf, suku kata, atau kata) yang secara sengaja dihilangkan. Perhatikan contoh
berikut.
a)
Melengkapi huruf
B
|
….
|
l
|
a
|
….
|
o
|
l
|
a
|
b)
Melengkapi suku kata adik bermain
A
|
dik
|
ber
|
ma
|
….
|
A
|
….
|
ber
|
….
|
In
|
….
|
….
|
ber
|
….
|
….
|
….
|
….
|
….
|
….
|
….
|
10)
Menuliskan nama-nama benda yang
terdapat dalam gambar
11)
Mengarang sederhana dengan bantuan
gambar.
Ikuti
langkah-langkah berikut ini.
a)
Guru menunjukkan suatu susunan
gambar berseri
b)
Guru menceritakan dan bertanya jawab
tentang tema, isi dan maksud gambar.
c)
Siswa diberi tugas menulis karangan
sederhana sesuai dengan penafsirannya mengenai gambar tadi atau sesuai dengan
cerita gurunya dengan menggunakan kata-kata sendiri.
PENUTUP
Kesimpulan
MMP merupakan
kepanjangan dari membaca menulis permulaan. Disebut permulaan karena hal
pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan itu adalah
kemampuan membaca dan menulis yang lebih diorientasikan pada kemampuan membaca
dan menulis tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf dan kemampuan menulis
mekanik, kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan
bidang-bidang ilmu lainnya disekolah.
Sajian pertama
pada awal-awal anak memasuki lingkungan sekolah adalah progam MMP. Dalam
pelaksanaan pembelajarannya, dikenal bermacam-macam metode pembelajaran MMP,
yakni metode eja, metode bunyi, metode suku kata (silaba), metode kata (lembaga
kata) metode global, dan metode SAS.
Mohon bantuannya,..
BalasHapusAda tidak buku yang membahas tentang struktural analitik sintetik(SAS),..
BalasHapusPAIRQIU.COM buat teman-teman yang mau main poker online, domino qiu-qiu, capsa susun, bandar sakong. Bandar Sakong adalah game terbaru tahun 2017. Minimal deposit dan minimal withdraw adalah 10 ribu rupiah. BBM :D8AFFC9D - WA: +6282310855894 - LINE: +6282310855894 .
BANDAR33.COM situs bandar togel tempat pemasangan angka TOGEL SINGAPURA, HONGKONG, THAILAND, JAYAPURA, SYDNEY, SZECHUAN . Minimal deposit Rp.20.000, Minimal Withdraw Rp.50.000 , Minimal Bet Rp.1.000. BBM : 7B00546B - TELP/SMS: 0812 6759 5635 .