Posted by : Slamet Kamis, 29 Desember 2016

Agung
Agung (Youtube.com)




Hampir sebulan berlalu, aksi 212 masih menyimpan banyak kisah mengharukan. Salah satunya dialami oleh Agung, salah seorang peserta jalan kaki Ciamis – Jakarta.

Santri Pondok Pesantren Miftahul Huda II itu merupakan salah satu peserta jalan kaki menuju Jakarta. Awalnya pesantren akan menyewa sejumlah bus untuk mengangkut para santri, alumni dan masyarakat sekitar. Namun, tidak ada bus yang mau mengangkut mereka dengan alasan ada larangan dari aparat keamanan.

KH Nonop Hanafi, sang pengasuh pesantren, melihat larangan itu telah melemahkan antusiasme masyarakat di berbagai daerah untuk ke Jakarta. Karenanya, untuk menggelorakan kembali semangat umat, ia menggagas aksi jalan kaki. Rupanya gagasan itu disambut oleh para santri dan alumni.

Lebih dari 1000 orang mulai berjalan kaki dari Ciamis. Agung, adalah salah satunya.






Aksi jalan kaki itu langsung mendobrak semangat umat Islam di berbagai daerah. Bahkan saat rapat sore sehari sebelum berangkat, rencana aksi jalan kaki telah viral di media sosial.

Sepanjang perjalanan, meskipun semangat jihad membara, ada ganjalan di hati Agung. Pasalnya, ia belum mendapat ijin dari orangtuanya.

“Setelah saya sampai di Bandung, rumah saya dekat di situ, sekitar Perhutani. Saya ke rumah dulu, omong baik-baik sama orang tua bahwa saya ini pingin ikut jihad,” Agung mengisahkan detik-detik meminta ijin ke orang tua.

Betapa kagetnya Agung. Ibunya tidak sekedar mengijinkan, namun menguatkannya dengan nasehat yang sangat mengharukan.

“Silahkan jihad, bela agama Allah. Bela al Quran. Jangan takut mati. Kalau Agung sudah mati syahid, selamatkanlah ibu, bapak dan keluarga serta guru-guru di yaumil qiyamah. Silahkan, ibu meridhai,” kata Agung menirukan nasehat ibunda. [Ibnu K/Tarbiyah.net]






Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © SLAMET - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -