Posted by : Slamet
Senin, 17 September 2018
Puasa Asyura adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada tanggal 10 Muharram. Hukumnya sunnah muakkadah, yakni sunnah yang sangat dianjurkan.
Rasulullah senantiasa mengutamakan puasa asyura, bahkan perhatian beliau lebih besar dibandingkan puasa-puasa sunnah lainnya. Namun, beberapa bulan sebelum beliau wafat, sahabat mengabarkan bahwa orang Yahudi juga mengerjakan puasa tanggal 10 Muharram ini. Lalu beliaupun mensabdakan bahwa tahun depan beliau akan menambah puasa tanggal 9 Muharram.
حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan orang agar berpuasa padanya, mereka berkata, “Ya Rasulullah, ia adalah suatu hari yang dibesarkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika datang tahun depan, insya Allah kita berpuasa juga pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas berkata, “Maka belum lagi datang tahun berikutnya itu, Rasulullah SAW pun wafat.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
Para ulama menjelaskan, Rasulullah berazam berpuasa tasu’a dan asyura sehingga menyelisihi kaum Yahudi yang hanya berpuasa asyura. Namun belum tiba saat itu, beliau sudah wafat.
Berdasarkan hadits itu, para ulama menganjurkan agar puasa asyura tidak hanya satu hari asyura saja tetapi perlu ditambahi sehari sebelumnya (tasu’a) atau sehari sesudahnya (1 Muharram), atau tiga hari (9, 10 dan 11 Muharram).
Mana yang paling baik? Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan bahwa puasa asyura ada beberapa tingkatan.
“Para ulama menyebutkan bahwa puasa Asyura ada tiga tingkatan,” tulis Sayyid Sabiq. “Pertama, berpuasa selama tiga hari, yaitu hari kesembilan, kesepuluh dan kesebelas. Kedua, berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh. Ketiga, berpuasa pada hari kesepuluh saja.
Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, jika seseorang berpuasa Asyura tanpa Tasu’a, disunnahkan baginya –menurut mazhab Syafi’i- berpuasa pula pada tanggal 11. Bahkan Imam Syafi’i sendiri dalam kitab Al Umm dan Al Imlaa’ menyatakan kesunnahan berpuasa pada tiga hari tersebut sekaligus. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Tarbiyah]
Niat, tata cara dan keutamaan puasa tasu'a dan asyura bisa dibaca di artikel Puasa Asyura