Posted by : Slamet Senin, 12 Maret 2018

pemuda Amerika
ilustrasi (noonpost.org)




Ada cukup banyak kisah mencengangkan, bukti keteguhan muslim di Amerika. Godaan wanita di sana benar-benar ujian berat yang jika tidak kokoh iman, niscaya muslim pun terperosok dalam perzinaan.

Berikut ini dua di antara kisah-kisah itu, yang salah satu kisahnya dialami Muslim Indonesia sewaktu di Amerika.

Kisah Pertama: Pemuda Yaman


Kisah ini terjadi pada tahun 2012 lalu. Saat itu, Isham –seorang pemuda Yaman- tengah menempuh pendidikan di sebuah perguruan tinggi di Amerika Serikat. Amerika dikenal sebagai negara yang cukup bebas membiarkan para pemudanya berhubungan dengan lawan jenis di luar pernikahan, asalkan suka sama suka.

Bukan suatu hal yang aneh jika sepasang remaja yang sedang pacaran tidur bersama. Atau seorang mahasiswi mendatangi seorang mahasiwa untuk merayunya hingga terjadilah aksi layaknya suami istri.

Isham tinggal di sebuah apartemen. Teman-temannya, baik mahasiswa maupun mahasiswi, tahu tempat tinggal Isham itu.

Suatu hari di bulan Mei 2012, saat sendirian di apartemennya, Isham dikejutkan dengan datangnya tamu tak diundang. Lima mahasiswi sefakultas datang ke apartemennya. Isham bertanya-tanya, ada apa gerangan.

Tidak banyak dialog. Begitu masuk ke apartemen Isham, mereka kemudian mengunci pintu. Isham terkejut. Belum hilang keterkejutannya, lima mahasiswi tersebut membuat jantungnya hampir copot. Mereka melepas pakaiannya masing-masing dan mengajak Isham melakukan laiknya suami istri.

Untungnya Isham memiliki iman yang kuat. Kekuatan iman itulah yang membuatnya menyadari dosa besar jika meladeni mahasiswi-mahasiswi tersebut. Ia menolak, dan mencari cara bagaimana secepatnya kabur dari tempat itu.

Alhamdulillah Isham mendapatkan ide brilian. Ia pun melompat dari jendela demi menghindari godaan lima mahasiswi tersebut.





Kisah Kedua: Buya Hamka


Kisah ini terjadi pada tahun 1952. Buya Hamka mendapatkan undangan kehormatan ke Amerika Serikat. Selama dua bulan ia berada di negeri paman Sam itu tanpa membawa istri, saudara maupun sahabat.

Malam itu, Buya Hamka beristirahat di sebuah hotel di Denver. Ia baru tiba jam sembilan dari negara bagian lainnya. Sebelum tidur, Buya Hamka mengerjakan shalat Maghrib dan Isya’ dengan jama’ qashar.

Terdengar suara ketuk pintu, beberapa saat setelah ia shalat. Rupanya, seorang pelayan hotel. Dengan senyum simpul penuh hormat, pelayan itu menawarkan, “Apakah tuan malam ini perlu ditemani perempuan muda?”

Buya Hamka mengakui, saat itu dorongan hasrat lelaki memang sedang bergetar. Hampir dua bulan ia sendirian di negeri yang jauh ini. Dan seandainya ia menerima tawaran tersebut, tak ada orang yang mengenalnya yang mengetahui kejadian itu; tidak santri tidak pula kawannya.

Namun, Buya Hamka sadar dirinya baru saja shalat, bahkan bekas wudhu masih basah.

“Yang teringat saat melihat senyum simpul pemuda itu adalah sholat. Kalau tidur dengan perempuan lain meskipun istriku tidak tahu, bagaimana besok saya sholat Subuh? Bagaimana saya membaca dalam iftitah (yang artinya) ‘Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semuanya untuk Allah Rabbul ‘alamin. Tiada sekutu bagiNya. Demikianlah aku diperintahkan dan aku adalah salah seorang yang berserah diri,’” kenangnya mengabadikan peristiwa itu dalam Tafsir Al Azhar saat menjelaskan surat Al Ankabut ayat 45.

“No, thank you,” demikian jawaban tegasnya lalu menutup pintu kamar hotel itu dan beristirahat.

Paginya, ketika sholat Subuh, Buya Hamka merasakan sholat kali itu lebih khusyu’ dan jauh lebih berkesan daripada sebelumnya.

Demikianlah shalat mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar. Di antara kuncinya, memahami bacaan-bacaan sholat sebagaimana Buya Hamka telah mencapainya.

Untuk memahami bacaan sholat dan artinya, kami merekomendasikan untuk membaca Bacaan Sholat [Muchlisin BK/Tarbiyah]






Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © SLAMET - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -