Posted by : Slamet
Rabu, 02 Mei 2018
ilustrasi |
Pidato Presiden Joko Widodo mengenai racun kalajengking terus menuai tanggapan. Tak hanya netizen, sejumlah tokoh pun melontarkan tanggapan mengenai pernyataan “kalau mau kaya, cari racun kalajengking” tersebut.
Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain bahkan langsung menegur Kementerian BUMN. Melalui akun Twitter, ia me-mention akun kementerian yang dipimpin Rini Soemarno itu.
“Saran saya untuk Menteri BUMN @KemenBUMN supaya membuka Perusahaan BUMN baru dalam bidang peternakan kalajengking. Satu tahun berhasil mendapatkan 100 liter saja sudah dapat 14,5 Trilyun. Daripada memelihara perusahaan yang rugi melulu. Kalau perlu satu pulau kosong dipakai khusus,” kata Tengku Zulkarnain melalui akun Twitter pribadinya, @ustadtengkuzul, Rabu (2/5/2018).
Saran Saya Untuk Menteri BUMN @KemenBUMN Supaya Membuka Perusahaan BUMN Baru dlm Bidang Peternakan Kalajengking. Satu Tahun Berhasil Mendapatkan 100 Liter Saja Sudah Dapat 14,5 Trilyun.— tengkuzulkarnain (@ustadtengkuzul) 2 Mei 2018
Daripada Memelihara Perusahaan yg Rugi Melulu.
Kalau Perlu Satu Pulau Kosong Dipakai Khusus.
Seperti diberitakan sebelumnya, rekaman pidato Jokowi viral. Dalam pidato itu ia menjelaskan bahwa racun kalajengking merupakan komoditas termahal saat ini. Harganya mencapai Rp 145 miliar per liter.
“Apa komoditas yang paling mahal di dunia? Pasti banyak yang menjawab emas,” kata Jokowi dalam sebuah pidato yang videonya telah beredar luas. “Bukan emas, bukan emas.”
Baca juga: Presiden Jokowi: Kalau Mau Kaya, Cari Racun Kalajengking
“Ada fakta yang menarik yang saya dapat dari informasi yang saya baca. Komoditas yang paling mahal di dunia saat ini adalah racun dari scorpion, racun dari kalajengking. Harganya 10,5 juta US Dollar per liter. Artinya berapa? 145 milliar per liter,” lanjutnya.
“Jadi Pak Gubernur, Pak Bupati, Pak Walikota, kalau mau kaya cari racun kalajengking,” kata Jokowi disambut tawa hadirin.
Video pidato tersebut beredar luas di Youtube, Instagram, Facebook hingga grup-grup WhatsApp.
[Ibnu K/Tarbiyah.net]