Posted by : Slamet
Selasa, 29 Januari 2019
Mardani Ali Sera menyebut Presiden Jokowi merupakan aktor utama sandiwara pembebasan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir.
Kapitra Ampera tak terima pernyataan itu. Ia pun memotong pernyataan Mardani hingga kemudian terjadi perdebatan seru.
“Saya menilai pemain utama sandiwara ini adalah Pak Jokowi karena urut-urutannya jelas. Sementara pemain penderita adalah Ustadz Abu Bakar Baasyir. Kasihan sekali, Bang Karni. (Beliau) sudah umum 80, quote and unquote, sedang dijadikan komoditi karena ada satu hal. Kenapa saya katakan demikian karena tidak ada permintaan dari pihak Ustadz Abu Bakar Ba’asyir untuk pembebasan bersyarat,” kata Mardani yang kemudian dipotong oleh Kapitra.
Kapitra menilai pernyataan itu tendensius dan dipolitisir.
“Ini sudah tendensius,” kata Kapitra.
Mardani menambahkan, hal itu tidak bisa dilepaskan dari momen menjelang pemilu. Ia juga membawa bukti print out berita pernyataan TKN menanggapi kabar pembebasan itu sebagai bukti Jokowi cinta ulama.
“Padahal sudah jelas dikatakan, ini ada pernyataan dari TKN, bukti Pak Jokowi cinta ulama. Karena mungkin dianggap pak jokowi selama ini tidak cinta ulama maka perlu ada bukti,” kata Mardani sembari menunjukkan lembar print out berita.
“Kalau kita urut-urut lagi, Bang Karni, maka aktor utamanya, Pak Yusril juga sudah menyatakan bahwa beliau dua kali konsultasi dengan Pak Jokowi,” tandasnya.
Analisanya, Jokowi hendak membebaskan Ba’asyir namun ketika sambutan publik tidak seperti harapan, balik badan atau mengambil jalan keluar. Polanya, menurut Mardani, sama dengan saat mencabut Perpres nomor 39 tentang DP 30% mobil pejabat dan pembatalan kenaikan tarif STNK yang cukup tinggi.
Karenanya Mardani berharap Presiden Jokowi sebagai pemimpin tertinggi di Republik Indonesia memberi penjelasan apakah mau pembebasan bersyarat atau tidak terkait kasus ini.