Posted by : Slamet
Rabu, 16 Januari 2019
Pria itu melihat dirinya berada di tepi jurang api. Hampir saja ia jatuh dalam api yang berkobar-kobar itu. Namun sebuah surban terulur lalu ditangkapnya. Lantas sang pemilik surban menariknya. Ia pun selamat.
Khalid bin Said bin Ash, nama pria itu. Ia terbangun dari mimpi yang terlihat sangat nyata itu. Dan orang yang menyelamatkannya tidak lain adalah Muhammad.
“Aku bersumpah bahwa mimpi itu benar,” simpulnya setelah terjaga. Ia bisa membedakan mimpi yang sekedar bunga tidur dan mimpi yang merupakan pertanda kebenaran.
Keesokan harinya, Khalid bin Said menemui Abu Bakar. Kepada saudagar dermawan itu, ia menceritakan mimpinya.
“Aku memang akan menyampaikan kabar gembira kepadamu. Muhammad adalah utusan Allah. Ikutilah dia. Engkau harus masuk Islam yang akan menjagamu dari api neraka.”
Kabar dari Abu Bakar itu mengejutkannya. Baru saja tadi malam ia bermimpi, dan kini ia berhadapan dengan tafsir yang tak mungkin ditolaknya. Bukankah Muhammad adalah pria terbaik yang paling dipercaya masyarakat Quraisy sehingga mendapat gelar al-amin? Jika beliau mengatakan bahwa beliau adalah utusan Allah, pastilah itu kebenaran karena tidak mungkin beliau berdusta.
Bersama Abu Bakar, Khalid menghadap Rasulullah. Ia merasa ada pertanyaan mendasar yang harus diajukan.
“Wahai Muhammad, kepada siapa engkau mengajak?” tanya Khalid.
“Aku mengajak kepada Allah semata yang tiada sekutu bagiNya, sedangkan Muhammad adalah hamba dan utusanNya,” jawab Rasulullah membuat Khalid menyimak sepenuh hati kata demi kata. “Dan engkau akan melepas apa yang selama ini kau lakukan yakni menyembah batu yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, tidak bisa memberi manfaat dan tidak bisa mendatangkan bahaya, tidak mengenal siapa yang menyembahnya dan siapa yang tidak menyembahnya.”
Mendengar jawaban Rasulullah, Khalid pun membaca kalimat syahadat. Ia masuk Islam. Bahkan menurut riwayat, ia merupakan laki-laki kelima yang masuk Islam setelah Ali bin Abu Thalib, Abu Bakar, Zaid bin Haritsah dan As’ad bin Abi Waqash. [Muchlisin BK/Tarbiyah]