Archive for Juni 2018
Didoakan Berkumpul Bersama Ahok di Akhirat, Ananda Sukarlan: Amiin
ilustrasi Ananda Sukarlan dan Ahok |
Ananda Sukarlan aktif menaikkan hastag #Ahok52TetapBertjahaja di Twitter. Ia mengabarkan bahwa teman-teman Ahok di Eropa dan Amerika ikut menaikkan hastag itu sehingga menjadi trending topic di dunia.
Di tengah-tengah trending topic hastag #Ahok52TetapBertjahaja, seorang netizen mendoakan agar orang-orang yang mengagumi Ahok dikumpulkan bersama Ahok di akhirat.
“Bila Anda begitu mengagumi ahok maka Boleh lah saya berdoa agar anda dikumpulkan bersama ahok di Akhirat,” kata @opu240, Jumat (29/6/2018).
Bila Anda begitu mengagumi ahok maka Boleh lah saya berdoa agar anda dikumpulkan bersama ahok di Akhirat.— presidenbaru2019 (@opu240) 29 Juni 2018
Pianis yang mengumumkan di Twitter bahwa dirinya muslim itu mengaminkan doa tersebut.
“Makasihhh, amiiinnnnn! #Ahok52TetapBertjahaja” jawab Ananda Sukarlan melalui akun Twitter pribadinya, @anandasukarlan, Sabtu (30/6/2018).
Makasihhh, amiiinnnnn! #Ahok52TetapBertjahaja https://t.co/nDVFu9QTCa— Ananda Sukarlan (@anandasukarlan) 30 Juni 2018
Menurut Wikipedia, Ananda Sukarlah adalah pianis yang terkenal di Eropa. Namanya menjadi perbincangan di media sosial akibat pidato kontroversial di acara peringatan 90 tahun Kanisius, netizen menemukan pernyataan kontroversial lainnya dari Ananda Sukarlan. (Baca: Terbongkar! Ini Pidato Ananda Sukarlan Setelah Gubernur Anies Baswedan Tidak di Ruangan)
Dalam pidato ini, Ananda Sukarlan menyesalkan panitia mengundang Anies. Di depan para alumni Kanisus ia pun mengatakan bahwa Anies mendapatkan jabatan dengan cara-cara yang berbeda integritasnya dengan ajaran mereka.
Banyak netizen yang menyangka Ananda Sukarlan non muslim. Ia pun mengumumkan bahwa dirinya seorang muslim.
“Maaf mas, saya Islam. Saya jg yg menurut banyak org "pribumi". Saya tidak mencaci maki siapa2 kmrn. Cek instagram saya, apa ada kata2 kotor?” kata Ananda Sukarlan.
Maaf mas, saya Islam. Saya jg yg menurut banyak org "pribumi". Saya tidak mencaci maki siapa2 kmrn. Cek instagram saya, apa ada kata2 kotor? https://t.co/4aFmhhyIMr— Ananda Sukarlan (@anandasukarlan) 13 November 2017
Tokoh JIL Nyinyiri PKS, Jawaban-Jawaban Netizen Ini Telak!
Saidiman Ahmad |
Tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL) Saidiman Ahmad berkomentar nyinyir soal PKS usai Pilkada Serentak 2018. Ia pun mengaitkan dengan paham keagamaan yang menurutnya fundamentalis.
“Saya perhatikan, kandidat-kandidat PKS susah sekali mengucapkan selamat pada pasangan calon yang unggul dalam hitung cepat. Kenapa PKS begitu? Apakah ini terkait dengan tradisi dan paham keagamaan yang mereka anut, suatu paham eksklusif, tertutup, dan fundamentalis?” kata Saidiman Ahmad melalui akun Twitter pribadinya, @saidiman, Kamis (28/6/2018).
Saya perhatikan, kandidat-kandidat PKS susah sekali mengucapkan selamat pada pasangan calon yang unggul dalam hitung cepat. Kenapa PKS begitu? Apakah ini terkait dengan tradisi dan paham keagamaan yang mereka anut, suatu paham eksklusif, tertutup, dan fundamentalis?— Saidiman Ahmad (@saidiman) 28 Juni 2018
Twit itu memantik puluhan komentar yang umumnya memberikan jawaban atas kicauan nyinyir itu.
“Saya perhatikan, Ahokers susah sekali mengucapkan selamat pada pasangan Gub DKI Terpilih Bang @aniesbaswedan dan bang @sandiuno . Kenapa Ahokers begitu? Apakah ini terkait dengan tradisi dan paham keagamaan yang mereka anut, suatu paham eksklusif, tertutup, dan fundamentalis?” kata @Itang_Makatita
“Twet asbun. Pinteran dikit napa. Nih kelakuan jagoan lu..” kata @KepakElang sembari melampirkan tautan berita Djarot tinggalkan sertijab Anies.
Twet asbun. Pinteran dikit napa.— Suara Rakyat (@KepakElang) 29 Juni 2018
Nih kelakuan jagoan lu.. https://t.co/2A1ZNQX1jQ
“Saya perhatikan, pak Djarot idola mas susah sekali mengucapkan selamat pada pasangan calon yang unggul dalam hitung cepat. Kenapa begitu? Apakah ini terkait dengan tradisi dan paham keagamaan yang mereka anut, suatu paham eksklusif, tertutup, dan fundamentalis?” kata @qaqqah.
Baca juga: Terkejut Suara Asyik Meroket, Ade Armando: Terlalu Riskan Sebut Ridwan Kamil Menang
Saya perhatikan, pak Djarot idola mas susah sekali mengucapkan selamat pada pasangan calon yang unggul dalam hitung cepat. Kenapa begitu? Apakah ini terkait dengan tradisi dan paham keagamaan yang mereka anut, suatu paham eksklusif, tertutup, dan fundamentalis? https://t.co/D70lZ2sf4f— Bukan Yang Mulia (@qaqqah) 29 Juni 2018
Mengapa Banyak Jagoan PDIP Keok di Pilgub? Ini Analisa dari UIN Jakarta dan Paramadina
Perhitungan resmi dari KPU belum selesai. Namun berdasarkan hasil quick count, banyak jagoan PDIP keok di Pilkada Serentak 2018. Dari 17 Pilgub, PDIP dikabarkan hanya menang di empat provinsi.
Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio menganalis penyebab keoknya banyak jagoan PDIP. Menurutnya, kekalahan PDIP karena calon-calonnya tidak dekat dengan warga.
Ia mencontohkan kekalahan pasangan TB Hasanuddin-Anton Charliyan di Pilgub Jawa Barat. Padahal, PDIP merupakan parpol dengan elektoral kursi terbesar di Jawa Barat yang bisa mengusung pasangan calon tanpa koalisi.
Baca juga: Djarot: Saya Kalau Stres Bawaannya Mau Merokok Terus
"Kekalahan ini di Jabar karena duet PDIP tak kuat dan tak dekat dengan warga pemilih. Berbeda hasilnya kalau dekat dengan warga seperti di Pilgub Bali, Jateng, PDIP menang," kata Hendri, Rabu (27/6/2018), seperti dikutip Viva.
Di Pilgub Sumatera Utara juga demikian. Menurut Hendri, kekalahan Djarot Syaiful Hidayat-Sihar Sitorus karena Djarot kurang dikenal warga Sumut.
Baca juga: Djarot Kalah, Wanita Ini Sebut Warga Sumut Tolol, Tifatul Sembiring Bikin Ia Minta Maaf
Analisa hampir senada disampaikan oleh pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Syarif Hidayatullah Adi Prayitno.
Kekalahan Karolin Margret-Suryadman Gidot di Pilgub Kalbar, menurutnya, menunjukkan masyarakat sudah cerdas sehingga tidak lagi memilih berdasarkan trah politik dinasti.
Sedangkan di Jatim, kekalahan Gus Ipul-Puti disebabkan kelemahan figur Puti yang belum mengakar di Jatim.
Baca juga: Mengejutkan! Jago-Jago PDIP Bertumbangan di Pilkada Serentak 2018
Sebelumnya, Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) merilis rangkuman hasil quick count Pilgub 2018 di 17 provinsi. Dari 17 Pilgub itu, PDIP hanya menang di empat provinsi yaitu Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Selatan dan Maluku.
Secara prosentase, PDIP hanya menang 23,5 persen. Tidak sampai seperempat.
Berikut ini rekap hasil Pilgub 2018 tersebut:
Djarot Kalah, Wanita Ini Sebut Warga Sumut Tolol, Tifatul Sembiring Bikin Ia Minta Maaf
Ada yang tidak terima kekalahan dengan Djarot di Pilgub Sumut hari ini. Ia bahkan menghina orang-orang Sumut tolol. Hal itu dilampiaskannya di Twitter.
“Ini Sumut orang-orangnya tolol sih. Pantesan mama bapakku ga pernah ngasi kuliah di Medan, gak akan maju. So, selamat jadi Jakarta kedua ya. Semoga cepat-cepat masuk penjara kader-kader yang korupsi dan makan uang rakyat,” kata @flaurecias, Rabu (27/6/2018), mengomentari twit Tifatul Sembiring berisi quick count Pilgub Sumut yang dimenangkan pasangan Edy Rahmayadi – Musa Rajekshah (ERAMAS).
Ini Sumut orang2nya tolol sih. Pantesan mama bapakku ga pernah ngasi kuliah di Medan, gak akan maju. So, selamat jadi Jakarta kedua ya. Semoga cepat2 masuk penjara kader2 yg korupsi dn makan uang rakyat.— I'm (@flaurencias) 27 Juni 2018
Tifatul Sembiring pun kemudian mengingatkannya.
“Ini kan hasil pilihan masyarakat Sumut mbak, kok dibilang tolol sih...” kata Tifatul Sembiring melalui akun Twitter pribadinya, @tifsembiring.
Ini kan hasil pilihan masyarakat Sumut mbak, kok dibilang tolol sih... https://t.co/jurfvufnJM— Tifatul Sembiring (@tifsembiring) 27 Juni 2018
Akhirnya wanita itu pun minta maaf.
“Just my opinion Pak. Terima kasih sudah di-comment.”
“Lain kali hati2 mbak, menyampaikan komentar, pilih2 lagi kalimatnya...”
“Tentu saja. Terima kasih masukannya, mention saya ramai sekali malam ini. Mohon maaf jadi memenuhi mention Bapak juga karena beberapa ikut tag kepada Bapak.”
Mengejutkan! Jago-Jago PDIP Bertumbangan di Pilkada Serentak 2018
Hasil quick count telah dirilis oleh sejumlah lembaga survei. Yang mengejutkan, dari 17 Pilgub yang digelar pada hari ini, PDIP hanya menang di empat provinsi. Jago-jago PDIP bertumbangan.
Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) merangkum hasil quick count Pilgub 2018 di 17 provinsi. Dari 17 Pilgub itu, PDIP hanya menang di empat provinsi yaitu Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Selatan dan Maluku.
Secara prosentase, PDIP hanya menang 23,5 persen. Tidak sampai seperempat.
Berikut ini rekap hasil Pilgub 2018 tersebut:
Djarot: Saya Kalau Stres Bawaannya Mau Merokok Terus
Djarot Saiful Hidayat mengaku merasa stres setelah mengetahui kalah dalam quick count Pilgub Sumut hari ini. Ia pun enggan berkomentar saat ditanya wartawan.
Namun akhirnya sambil berbincang santai, Djarot merokok di depan rumah pribadinya di Jalan RA Kartini, Medan, Sumatera Utara.
"Saya memang kalau stres bawaannya mau merokok terus," kata Djarot sembari mengisap sebatang rokok, Rabu (27/6/2018) sore, seperti dikutip Viva.
Setelah merokok, Djarot pun tak lagi banyak berkomentar. Ia kemudian mengerjakan shalat Ashar bersama sejumlah pendukungnya. Setelah shalat, Djarot masih enggan berkomentar.
Seperti diberitakan sebelumnya, di Pilgub Sumut 2018 ini, Djarot Saiful Hidayat berpasangan dengan Sihar PH Sitorus. Djarot Saiful Hidayat – Sihar PH Sitorus yang disingkat dengan DJOSS berhadapan dengan pasangan Edy Rahmayadi – Musa Rajekshah yang disingkat dengan ERAMAS.
DJOSS didukung oleh PDIP dan PPP. Sedangkan ERAMAS didukung oleh Golkar, PKS, Gerindra, PAN, Nasdem dan Hanura.
Berdasarkan quick count, DJOSS tertinggal cukup jauh dari ERAMAS.
Berikut ini hasil quick count sementara dari sejumlah lembaga survei:
Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC)
Edy Rahmayadi – Musa Rajekshah (ERAMAS) : 58,96 persen
Djarot Saiful Hidayat – Sihar PH Sitorus (DJOSS) : 41,04 persen
Data masuk: 75,33% (Pukul 15:15 WIB)
Charta Politika
Edy Rahmayadi – Musa Rajekshah (ERAMAS) : 60,97 persen
Djarot Saiful Hidayat – Sihar PH Sitorus (DJOSS) : 39,03 persen
Data masuk: 61,5% (Pukul 15:18 WIB)
Lingkaran Survei Indonesia (LSI)
Edy Rahmayadi – Musa Rajekshah (ERAMAS) : 56,73 persen
Djarot Saiful Hidayat – Sihar PH Sitorus (DJOSS) : 43,27 persen
Data masuk: 86,86% (Pukul 15:18 WIB)
Untuk data lebih lengkap dan update, silahkan ikuti di Quick Count Pilgub Sumut
Kalah di DKI Jakarta, Kini Djarot Kalah Lagi di Sumatera Utara
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Djarot Saiful Hidayat kembali kalah Pilkada. Hal itu berdasarkan quick count Pilgub Sumut 2018.
Sebelumnya, Djarot adalah Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Ahok pada Pilgub DKI Jakarta tahun lalu. Pada Pilkada Serentak 2018 ini, PDIP kembali memajukan Djarot menjadi Calon Gubernur di Sumatera Utara.
Berpasangan dengan Sihar PH Sitorus, ia mendapat nomor urut 2 dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu), 27 Juni 2018. Djarot Saiful Hidayat – Sihar PH Sitorus yang disingkat dengan DJOSS berhadapan dengan pasangan Edy Rahmayadi – Musa Rajekshah yang disingkat dengan ERAMAS.
DJOSS didukung oleh PDIP dan PPP. Sedangkan ERAMAS didukung oleh Golkar, PKS, Gerindra, PAN, Nasdem dan Hanura.
Berdasarkan quick count, DJOSS tertinggal cukup jauh dari ERAMAS.
Berikut ini hasil quick count sementara dari sejumlah lembaga survei:
Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC)
Edy Rahmayadi – Musa Rajekshah (ERAMAS) : 58,96 persen
Djarot Saiful Hidayat – Sihar PH Sitorus (DJOSS) : 41,04 persen
Data masuk: 75,33% (Pukul 15:15 WIB)
Charta Politika
Edy Rahmayadi – Musa Rajekshah (ERAMAS) : 60,97 persen
Djarot Saiful Hidayat – Sihar PH Sitorus (DJOSS) : 39,03 persen
Data masuk: 61,5% (Pukul 15:18 WIB)
Lingkaran Survei Indonesia (LSI)
Edy Rahmayadi – Musa Rajekshah (ERAMAS) : 56,73 persen
Djarot Saiful Hidayat – Sihar PH Sitorus (DJOSS) : 43,27 persen
Data masuk: 86,86% (Pukul 15:18 WIB)
Untuk data lebih lengkap dan update, silahkan ikuti di Quick Count Pilgub Sumut
Tahlilan Dipermasalahkan, Banser dan FPI Kepung Kantor PDIP Banyumas
Banser dan FPI kepung Kantor PDIP Banyumas (Twitter) |
Banser Purwokerto dibantu Kokam dan FPI dikabarkan mengepung kantor PDIP Banyumas, hari ini (26/6/2018). Hal itu dipicu oleh tindakan kader PDIP setempat terkait acara tahlilan.
Juru Bicara FPI Slamet Maarif membenarkan bahwa Banser, FPI, serta Kokam Muhammadiyah mendatangi kantor PDIP Banyumas pada Selasa pagi (26/6/2018).
Alasan penggerudukkan Banser, FPI, dan Kokam diduga akibat dari tindakan kader PDIP setempat yang tidak senang dengan kegiatan Nahdlatul Ulama (NU) berupa pembagian bisyaroh pada tahlilan, Senin (25/6/2018) lalu. Beberapa Kiai NU lantas dipermasalahkan ke panitia pengawas pemilu dan kepolisian.
Bisyaroh maupun berkat dianggap sudah turun temurun dalam tradisi NU ketika sohibul hajat menyelenggarakan tahlilan atau pengajian. Namun hal itu dinilai kader PDIP sebagai bagian dari politik uang sehingga pembagiannya dipermasalahkan.
Seperti dilansir CNN Indonesia, Banser tidak terima dengan perlakuan tersebut. Mereka kemudian mendatangi kantor PDIP Banyumas bersama sejumlah anggota ormas lainnya.
Di Twitter, kabar itu viral dengan banyak foto penggerudukan. Pendiri Indonesia Tanpa JIL (ITJ) Akmal Sjafril menilai, penggerudukan yang dilakukan bersama oleh Banser, FPI dan Kokam itu merupakan wujud persatuan umat.
Banser dibantu FPI dan Kokam geruduk kantor PDIP Banyumas (Twitter) |
“Keren ini. Umat bersatu!” kata Akmal melalui akun Twitter pribadinya, @malakmalakmal, Selasa (26/6/2018) sore.
Keren ini. Umat bersatu! https://t.co/0FnjKytRJK— Akmal Sjafril (@malakmalakmal) 26 Juni 2018
Rustam: Nggak Hebat, Erdogan Tiru Jokowi
Jokowi bersama Erdogan pada 31 Juni 2015 di Istana Negara Jakarta (Liputan6) |
Direktur LP3ES Rustam Ibrahim mengatakan kemenangan Erdogan di Turki tidaklah hebat jika dibandingkan Jokowi. Bahkan menurutnya, Erdogan meniru Jokowi.
“Ternyata Erdogan meniru Jokowi. Dia berjanji akan membangun infrastruktur besar-besaran di Turki,” kata Rustam melalui akun Twitter pribadinya, @RustamIbrahim, Ahad (24/6/2018) malam, mengomentari kemenangan Erdogan.
“Kemenangan Erdogan tidaklah hebat-hebat amat. 11 tahun jadi Perdana Menteri (2003 - 2014) tambah 4 tahun jadi Presiden (2014 - 2018), dapatnya cuma 52.7% suara. Itupun sudah memerintah secara otoriter. Jokowi saja pertama kali ikut Pilpres menang 53.2%”
Ketika netizen mengomentari bahwa Jokowi hanya berhadapan dengan satu capres lain sedangkan di Turki ada enam Capres, Rustam pun membandingkan Erdogan dengan Putin.
“Mau anda bandingkan dengan siapa? Dengan Putin yang juga sama2 lama jadi PM dan Presiden malah menang dengan 77%. Erdogan hanya 52%” lanjut Rustam.
Saat ini perhitungan suara Pemilu Turki telah mencapai 99,92 persen dari total 59.354.840 pemilih. Erdogan meraih sebanyak 26.324.482 suara atau 52,59 persen. Cukup jauh meninggalkan rivalnya Muharrem Ince yang meraih 15.336.594 suara atau 30,64 persen.
Sedangkan pemilu parlemen, partai Erdogan AKP juga memenangi pemilu dengan 42,56 persen suara dan sementara mendapatkan 295 kursi parlemen. Koalisi AKP dan MHP dalam Aliansi Kerakyatan meraup 53,66 persen suara.
Hasil Pemilu Turki 2018 ini menobatkan Erdogan menjadi Presiden Turki untuk kedua kalinya dengan dukungan partai pemerintah yang cukup kuat. [Ibnu K/Tarbiyah]
Jokowi: Saya Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Kembali Erdogan sebagai Presiden Turki
Jokowi dan Erdogan di Istana Kepresidenan Turki, Ankara, 6 Juli 2017 (AP) |
Presiden Joko Widodo menyampaikan selamat atas terpilihnya kembali Recep Tayyip Erdogan sebagai Presiden Turki. Jokowi meminta Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi untuk mengatur agar dirinya bisa menelepon langsung Erdogan.
"Tadi pagi saya dapat laporan dari Menlu dan saya mengucapkan selamat atas terpilihnya kembali Presiden Tayyip Erdogan sebagai presiden Turki. Tadi saya sudah minta Menlu untuk mengatur agar saya bisa telepon langsung ke Erdogan," kata Jokowi setelah meninjau Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (25/6/2018), seperti dikutip Republika.
Menurut Jokowi, Indonesia dan Turki memiliki banyak kemiripan sebagai negara besar Muslim. Ia pun berharap hubungan bilateral kedua negara makin meningkat dan lebih baik lagi, terutama di bidang ekonomi dan investasi.
"Karena memang kedekatan Indonesia dengan Turki dalam forum-forum OKI saya kira tidak perlu diragukan lagi," lanjutnya.
Saat ini perhitungan suara Pemilu Turki telah mencapai 99,92 persen dari total 59.354.840 pemilih. Erdogan meraih sebanyak 26.324.482 suara atau 52,59 persen. Cukup jauh meninggalkan rivalnya Muharrem Ince yang meraih 15.336.594 suara atau 30,64 persen.
Sedangkan pemilu parlemen, partai Erdogan AKP juga memenangi pemilu dengan 42,56 persen suara dan sementara mendapatkan 295 kursi parlemen. Koalisi AKP dan MHP dalam Aliansi Kerakyatan meraup 53,66 persen suara.
Hasil Pemilu Turki 2018 ini menobatkan Erdogan menjadi Presiden Turki untuk kedua kalinya dengan dukungan partai pemerintah yang cukup kuat. [Ibnu K/Tarbiyah]
Disebut Ustadz Provokator, Ini Tanggapan Tengku Zulkarnain dan Ustadz Abdul Somad
Seiring kedatangan Ustadz Abdul Somad dan sejumlah ulama, Sumatera Utara dihebohkan dengan sejumlah spanduk. Setelah spanduk penolakan Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Bachtiar Nasir, kini muncul spanduk menyebut Ustadz Abdul Somad dan Tengku Zulkarnain sebagai Ustadz provokator.
“Masyarakat Sumut Menolak Keras Kedatangan Para Ustat Provokator,” demikian tulisan spanduk dengan latar belakang merah putih itu. Spanduk tersebut disertai foto Ustadz Abdul Somad dan Tengku Zulkarnain, yang beliau berdua merupakan penceramah pada acara halal bi halal di Sumatera Utara, baru-baru ini.
Menanggapi spanduk tersebut, Tengku Zulkarnain tidak marah. Ia justru senang jika dirinya dijuluki “Ustadz Provokator” hanya karena tidak mendukung calon mereka dan tidak rela disetir.
“Alhamdulillah kami berdua diberi julukan baru, "Ustat Provokator". Kalau hanya karena tidak mau mendukung calon mereka dan tidak rela disetir, justru kami merasa senang. Yang penting bagi kami tetap istiqomah membela kepentingan umat dan tidak berambisi jadi apapun, selain jadi guru” kata Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu melalui akun Twitter pribadinya, @ustadtengkuzul, Ahad (24/6/2018) petang.
Alhamdulillah Kami Berdua Diberi Julukan Baru, "USTAT PROVOKATOR".— tengkuzulkarnain (@ustadtengkuzul) 24 Juni 2018
Kalau Hanya karena Tdk Mau Mendukung Calon Mereka dan Tdk Rela Disetir, Justru Kami Merasa Senang. Yang Penting Bagi Kami Tetap Istiqomah Membela Kepentingan Umat dan Tdk Berambisi Jadi Apapun, Selain Jadi Guru. pic.twitter.com/V0q27QE772
Sebelumnya, Ustadz Abdul Somad melontarkan jawaban telak atas spanduk yang menolak dirinya dengan alasan berasal dari luar Sumatera Utara. (Baca: Diserang dengan Spanduk, Ini Jawaban Telak Ustadz Abdul Somad untuk Pendukung Djarot)
Ustadz Abdul Somad menyebutkan, di banyak tempat, dirinya disambut oleh masyarakat luas. Di Padang, ia disambut dengan tari lilin dan Harley Davidson. Namun saat memasuki Sumatera Utara, dirinya disambut dengan spanduk penolakan.
Di atas panggung tabligh akbar, Ustadz Abdul Somad mengeluarkan KTP-nya dan membacakannya untuk menunjukkan bahwa dirinya asli Sumatera Utara.
“Saya kemari tidak sedang bertandang, saya kemari sedang balik kampung,” tegasnya.
Ustadz Abdul Somad justru menyindir orang yang bertandang ke Sumatera Utara dan jarang berada di Sumatera Utara.
Berikut ini video lengkapnya:
Rilis Lagu Erdogan, Maher Zain: Saya Bangga pada Perjuangannya untuk Palestina dan Dunia Islam
Hari ini Turki menggelar Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden. Pemilu Turki ini tidak hanya menjadi perhatian negara tetangga tetapi juga menyita perhatian dunia internasional.
Salah satu tokoh yang turut meramaikan Pemilu Turki adalah musisi muslim Maher Zain. Awal bulan ini, ia merilis lagu untuk Erdogan berjudul Hasat Vakti.
Lagu untuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan itu dirilis sekitar tiga pekan sebelum Pemilu Turki.
Anadolu Agency telah mengunggah lagu tersebut di channel Youtube-nya pada 1 Juni 2018. Lagu bernada heroik itu telah ditonton lebih dari 4 juta kali dan mendapat puluhan ribu like.
Sebelum rilis lagu tersebut, Maher Zain menyatakan bahwa dirinya bangga kepada Erdogan. Hal itu ia nyatakan saat aksi untuk Palestina di Istanbul pada 18 Mei lalu.
"Kami bangga dan mendukung apa yang rakyat Turki dan Presiden Recep Tayyip Erdogan lakukan kepada Palestina, Suriah, dan umat Islam di berbagai belahan dunia, seperti Arakan,” kata Musisi asal Swedia itu.
Berikut ini lagu Maher Zain untuk Erdogan:
Beredar Spanduk Tolak UAS dan UBN Campuri Pilgubsu
Agaknya ada yang panik dengan kedatangan Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Bachtiar Nasir di Sumatera Utara. Padahal kedatangan dua ulama tersebut dalam rangka tabligh akbar memenuhi undangan masyarakat Sumatera Utara.
“Tolak kehadiran Masyarakat Luar Sumut Ustadz Abdul Somad & Ustad Bachtiar Nasir Mencampuri Pilgubsu 2018 di Sumut,” demikian tulisan spanduk mengatasnamakan Gerakan Masyarakat Peduli Pilkada Sumatera Utara (GMPP) tersebut.
Foto spanduk dengan latar belakang berwarna biru dan tulisan berwarna merah itu beredar di media sosial, Jumat (22/6/2018).
“Kalau mereka berani menolak Ustadz luar Sumut... Maka kita Ummat Islam Sumut wajib menolak calon Gubsu yg bukan berasal dari Sumut terlebih lagi yg bukan se aqidah dengan kita Ummat Islam... #EramasForSumut #NusaForBatubara #2019GantiPresiden #ABJ” tulis Eko Hary Sasmita melalui akun Facebook pribadinya, Jumat (22/6/2018), sembari mengunggah foto spanduk tersebut.
Menanggapi spanduk menolak masyarakat luar Sumut itu, sejumlah netizen membalas dengan menyerukan menolak pemimpin dari luar Sumut.
“Tolak pemimpin luar sumut...,” kata Taufiq wal Hidayat. [Ibnu K/Tarbiyah]
UAS Dituduh Ustadz Ahli Syubhat, Ini Pembelaan Pendiri ITJ
ilustrasi |
Sebuah video pengajian menghebohkan media sosial. Pasalnya, sang ‘ustadz’ dalam video itu menyindir dengan menyebut Ustadz Ahli Syubhat yang disingkatnya UAS.
“Contoh lain, ada seorang Ustadz Ahli Syubhat saya singkat UAS,” katanya disambut gelak tawa jamaah pengajiannya.
Banyak netizen muslim menyesalkan pengajian model demikian. Sebaliknya, pembelaan terhadap Ustadz Abdul Somad justru mengalir seiring viralnya video tersebut.
Salah satu pembelaan datang dari pendiri Indonesia Tanpa JIL (ITJ) Akmal Sjafril.
“Baru lihat seorang 'ustadz' menyebut dalam kajiannya "... Ustadz Ahli Syubhat, disingkat UAS,..." Lalu jamaahnya pun tergelak. Sangat tidak berkelas. Bangga mencela ulama lain di forum kajian yang mestinya diisi dengan ilmu. Ilmu apa? Di mana sunnahnya? Mimpi kok gak bangun-bangun,” kata Akmal Sjafril melalui akun Twitter pribadinya, @malakmalakmal, Jumat (22/6/2018).
Baru lihat seorang 'ustadz' menyebut dlm kajiannya "... Ustadz Ahli Syubhat, disingkat UAS,..." Lalu jamaahnya pun tergelak.— Akmal Sjafril (@malakmalakmal) 22 Juni 2018
Sangat tidak berkelas. Bangga mencela ulama lain di forum kajian yg mestinya diisi dgn ilmu. Ilmu apa? Di mana sunnahnya? Mimpi kok gak bangun2.
Ustadz Abdul Somad sendiri pernah dimintai tanggapan terkait adanya ustadz yang menuduhnya penyebar syubhat. Alumni Universitas Al Azhar Mesir dan Universitas Darul Hadits Maroko itu pun menyampaikan bahwa sebenarnya bukan hanya dirinya yang diserang.
“O... saya dituduhnya, jangan dengarkan ceramah Ustadz Somad, dia itu penyebar syubhat. Bukan saya saja. Semua diserang. Ustadz Zaitun Rasmin diserang. Habib Rizieq Syihab diserang. Saya diserang. Ustadz Bachtiar Nasir diserang. Aa Gym diserang. Ustadz Arifin Ilham disebut ahli bid’ah,” kata Ustadz Abdul Somad.
Dituduh Ustadz Ahli Syubhat, Ini Jawaban Ustadz Abdul Somad
ilustrasi |
Sejumlah ‘ustadz’ menuduh Ustadz Abdul Somad penyebar syubhat. Bahkan dalam video yang viral baru-baru ini, seorang ‘ustadz’ menyindir dengan menyebut Ustadz Ahli Syubhat disingkat UAS.
“Contoh lain, ada seorang Ustadz Ahli Syubhat saya singkat UAS,” katanya disambut gelak tawa jamaah pengajiannya.
Bagaimana Ustadz Abdul Somad menyikapi tuduhan dan ejekan tersebut?
Ustadz Abdul Somad mengatakan bahwa dirinya sudah tahu kalau ada ‘ustadz’ yang menyerang para dai dan ulama.
“Bagaimana menghadapi ustadz-ustadz yang selalu menyebut Ustadz sebagai penyebar syubhat?” Demikian salah satu pertanyaan tertulis yang dibaca oleh Ustadz Abdul Somad dalam sebuah pengajian.
“O... saya dituduhnya, jangan dengarkan ceramah Ustadz Somad, dia itu penyebar syubhat. Bukan saya saja. Semua diserang. Ustadz Zaitun Rasmin diserang. Habib Rizieq Syihab diserang. Saya diserang. Ustadz Bachtiar Nasir diserang. Aa Gym diserang. Ustadz Arifin Ilham disebut ahli bid’ah,” kata alumni Universitas Al Azhar Mesir dan Universitas Darul Hadits Maroko tersebut.
Lebih lengkap, ini videonya:
Bantah Usulkan Iriawan Jadi Pj Gubernur Jabar, Jokowi: Usulan Dari Kemendagri
Polemik pelantikan Komjen Mochamad Iriawan menjadi penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat masih berlanjut. Kini giliran Presiden Joko Widodo melontarkan pernyataan.
Jokowi menegaskan, dirinya tidak pernah sama sekali mengajukan Iriawan untuk duduk sebagai Pj Gubernur Jawa Barat. "Dari bawah. Dari Kemendagri baru ke kita (saya)," kata Jokowi seusai meninjau pengerjaan proyek runway Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (21/6/2018), seperti dikutip Republika.
Jokowi mengatakan, Kemendagri melalui Mendagri Negeri Tajhjo Kumolo melakukan tahapan-tahapan untuk mengangkat Iriawan sebagai Pj Gubernur Jabar. Tahapan tersebut, menurut Jokowi, termasuk pengkajian.
Lebih jauh Jokowi menambahkan, penunjukan Iriawan telah melalui pemikiran serta pertimbangan secara matang. Jika ada pertanyaan detil, ia menyarankan untuk bertanya kepada Mendagri.
"Semuanya sudah dalam pengusulan pj gubernur Jabar. Saya kira lebih detail, silakan tanya ke Mendagri ya," lanjutnya.
Sebelumnya, Mendagri Tjahjo Kumolo mengatakan sempat mengusulkan nama Sekjen Kemendagri Hadi Prabowo kepada Presiden Joko Widodo sebagai Pj Gubernur Jabar. Namun usul itu tidak diterima. Jokowi justru memilih Komjen Pol M. Iriawan.
Berita itu membuat Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain bersuara tegas. Ia menyerukan #2019GantiPresiden. (Baca: Ternyata Presiden Jokowi yang Pilih Iriawan Jadi Pj Gubernur Jabar, Ini Tanggapan Wasekjen MUI)
“Mendagri sudah usul orang Kemendagri tapi presiden yang mau sosok itu. Kalau begitu, presidennya yang mesti ganti 2019....?” kata Tengku Zulkarnain melalui akun Twitter pribadinya, @ustadtengkuzul, Selasa (19/6/2018) lalu.
https://t.co/ATn1cJzvFg. mendagri sudah usul orang kemendagri tapi presiden yg maj sosok itu.— tengkuzulkarnain (@ustadtengkuzul) 19 Juni 2018
kalau begitu, presidennya yg mesti ganti 2019....?
Tanggal Lahirnya Sama dengan Tanggal Wafat Soekarno, Jokowi Disebut Reinkarnasi Soekarno
Foto editan seolah-olah Soekarno bicara kepada Jokowi |
Ada yang menarik dari peringatan ulang tahun Presiden Joko Widodo pada 21 Juni ini. Di sela-sela tagar #HBDJokowiKerjaPakaiHati, terdapat twit yang menyebut 21 Juni sebagai momen simbolis reinkarnasi dua pemimpin besar Bangsa Indonesia. Sebabnya, tanggal lahir Jokowi sama dengan tanggal wafatnya Presiden Soekarno.
“Pada Hari ini Tgl 21 Juni 48 Tahun Yg Lalu Bungkarno Presiden RI Pertama Wafat, Juga 21 Juni 57 Tahun Yg Lalu @jokowi Presiden RI ke 7 Lahir. Karena itu 21 Juni Menjadi Moment Simbolis Reinkarnasi 2 Pemimpin Besar Bangsa Indonesia. #HBDJokowiKerjaPakaiHati #HaulBungKarno” kata akun @yoyokzz, Kamis (21/6/2018) siang.
Pada Hari ini Tgl 21 Juni— Bagong Yoyok S (@yoyokzz) 21 Juni 2018
48 Tahun Yg Lalu Bungkarno Presiden RI Pertama Wafat,
Juga 21 Juni 57 Tahun Yg Lalu @jokowi Presiden RI ke 7 Lahir.
Karena itu 21 Juni Menjadi Moment Simbolis Reinkarnasi 2 Pemimpin Besar Bangsa Indonesia.#HBDJokowiKerjaPakaiHati #HaulBungKarno pic.twitter.com/tDoGFTKPS3
Twit itu disertai foto Soekarno dan Jokowi yang diedit sedimikian rupa sehingga seolah-olah Soekarno sedang berbicara kepada Jokowi.
Sejumlah pengguna Twitter membenarkan reinkarnasi itu. Mereka berpendapat bukan sebuah kebetulan jika tanggal lahir Jokowi sama dengan tanggal wafat Soekarno.
“Yg pasti sdh diatur dari sononya... Segala sesuatu,ngak mungkin kebetulan belaka,pasti Gusti Alloh sdh mengaturnya😃🙏👍 Makna buat Rakyat dan Bangsa,” kata @adwijatnogmail1
“Subhanallah,, Allah Maha Kuasa atas segalanya. Met milad Presidenku @jokowi” kata @heni_nuraeni123
“Angka yg ta sengaja tapi bermakna dan menghasilakn cerita tentang Indonesia kita” kata @askos88
“Kok ya pas gitu ya...apa kebetulan kah..rasanya didunia ini ga ada yg kebetulan ..dua pemimpin bedat penuh prestasi beegiliran datang dan dan pergi..selamat berkarya pak jokowi.swlamat ulang tahun” kata @wawan4352
Bahkan, ada yang menyuarakan agar Jokowi menjadi presiden seumur hidup.
“Jokowi presiden seumur hidup,” kata @EdiUtom96306850
Sebut Arab Menjajah dengan Ideologi Islam, Jawaban Tifatul Sembiring Bikin Akun Ini Bungkam
Entah pengetahuan dari mana yang mendasari seorang pengguna Twitter menuduh Islam adalah ideologi penjajahan. Arab, katanya, menjajah lewat ideologi Islam.
Karena twit itu ditujukan ke Tifatul Sembiring, Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu pun melontarkan tanggapan yang membuat akun tersebut terbungkam.
“Arab juga menjajah,menjajah lewat ideologi eslam. Knpa ga lo tentang ring?” kicau akun @Indra8716, Rabu (20/6/2018) malam.
Kicauan tersebut mengomentari twit Tifatul Sembiring sebelumnya yang mengatakan “Indonesia itu menentang penjajahan, paham...!!!”
Indonesia itu menentang penjajahan, paham...!!!— Tifatul Sembiring (@tifsembiring) 16 Juni 2018
Menanggapi kicauan yang menyebut Arab menjajah lewat ideologi Islam, Tifatul Sembiring melontarkan jawaban telak yang membuat akun tersebut bungkam.
“Islam itu tidak menjajah mas, bahkan tidak boleh memaksa orang lain memeluk Islam. Maksud sampeyan , Arab mana yg menjajah mas?” jawab Tifatul Sembiring melalui akun Twitter pribadinya @tifsembiring, Rabu (20/6/2018) malam.
Islam itu tidak menjajah mas, bahkan tidak boleh memaksa orang lain memeluk Islam. Maksud sampeyan , Arab mana yg menjajah mas? https://t.co/eVn9gOWSlQ— Tifatul Sembiring (@tifsembiring) 20 Juni 2018
Seperti diketahui, Islam memang tidak memaksa Non Muslim untuk memeluk Islam. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 256:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)…” (QS. Al Baqarah: 256).
Fakta historis saat Umar bin Khattab membebaskan Baitul Maqdis, Shalahuddin Al Ayyubi membebaskan kembali Baitul Maqdis dan Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel menjadi contoh paling kongkrit betapa Islam memberikan kebebasan kepada setiap non Muslim untuk beribadah sesuai kepercayaan masing-masing.
Tidak sedikit pengguna Twitter yang turut menanggapi akun yang baru diikuti 4 follower itu. Mayoritas mentertawakan kualitas akun Cebong yang ngawur dan tanpa ilmu tersebut. [Ibnu K/Tarbiyah.net]
#DjarotBersamaUlama Jadi Trending Topic di Twitter, Isinya Mengejutkan
Screenshoot Twitter |
Tagar #DjarotBersamaUlama saat ini (19/6/2018) tengah menduduki peringkat pertama trending topic Twitter di Indonesia. Djarot Saiful Hidayat yang pada Pilgub DKI Jakarta 2017 berpasangan dengan Ahok, kini menjadi Calon Gubernur Sumatera Utara.
Namun, isi tagar itu sungguh mengejutkan. Memang ada banyak twit yang menyatakan bahwa Djarot dekat dengan ulama.
“Djarot memang dikenal sbg pemipin yg dekat dgn para ulama #DjarotBersamaUlama” kata @AdinaRianti
Djarot memang dikenal sbg pemipin yg dekat dgn para ulama #DjarotBersamaUlama— eyeylala (@AdinaRianti) 19 Juni 2018
Namun, tagar itu justru didominasi dengan twit yang menunjukkan bahwa Djarot tidak dekat dengan ulama. Misalnya menampilkan foto Djarot di gereja, berita Djarot imbau warga tidak takbir keliling, dan lain-lain.
Sejumlah netizen pun mengaku kaget melihat isi tagar tersebut.
“😁 muncul hestek ini dikira beneran Djarot dah insyaf tapi ternyata 😁😀😁😀🙈🙈🙈🙈 #DjarotBersamaUlama” kata @tariqeltuerto
😁 muncul hestek ini dikira beneran Djarot dah insyaf tapi ternyata 😁😀😁😀🙈🙈🙈🙈#DjarotBersamaUlama https://t.co/4FAjMPiJ3E— #KamiBersamaUlama (@tariqeltuerto1) 19 Juni 2018
"Hestek #DjarotBersamaUlama berasal dr gerombolan yg plg anti campuradukkan agama dgn politik. Dodol gak sih? Jilat ludah sendiri kini jd trend baru" kata @MAgusSet
Hestek #DjarotBersamaUlama berasal dr gerombolan yg plg anti campuradukkan agama dgn politik.— InsyAllah #2019GantiPresiden (@MAgusSet) 19 Juni 2018
Dodol gak sih?
Jilat ludah sendiri kini jd trend baru.
Ternyata Presiden Jokowi yang Pilih Iriawan Jadi Pj Gubernur Jabar, Ini Tanggapan Wasekjen MUI
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengatakan sempat mengusulkan nama Sekjen Kemendagri Hadi Prabowo kepada Presiden Joko Widodo sebagai Pj Gubernur Jabar. Namun usul itu tidak diterima. Jokowi justru memilih Komjen Pol M. Iriawan.
Menanggapi itu, Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain bersuara tegas. Ia menyerukan #2019GantiPresiden
“Mendagri sudah usul orang Kemendagri tapi presiden yang mau sosok itu. Kalau begitu, presidennya yang mesti ganti 2019....?” kata Tengku Zulkarnain melalui akun Twitter pribadinya, @ustadtengkuzul, Selasa (19/6/2018).
https://t.co/ATn1cJzvFg. mendagri sudah usul orang kemendagri tapi presiden yg maj sosok itu.— tengkuzulkarnain (@ustadtengkuzul) 19 Juni 2018
kalau begitu, presidennya yg mesti ganti 2019....?
Sebelumnya, dari sejumlah berita yang beredar, Tengku Zulkarnain menduga bahwa Iriawan dipilih oleh Mendagri. Karenanya ia meminta Presiden Jokowi mencopot Mendagri.
Namun setelah tahu bahwa Mendagri mengaku telah mengusulkan orang Kemendagri namun Jokowi memilih Iriawan, ia menyerukan agar Presidennya ganti pada tahun 2019 nanti.
Seperti diketahui, pada Februari lalu Menko Polhukam Wiranto membatalkan usulan penjabat (Pj) gubernur Sumatera Utara dan Jawa Barat dari perwira tinggi Polri. Keputusan tersebut diambil setelah Wiranto berkoordinasi dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian, usai banyaknya protes publik terkait rencana tersebut. [Ibnu K/Tarbiyah.net]
Ini Tanggapan Telak Erdogan untuk CHP yang Bicara Kebebasan Beragama
Turki akan menggelar Pemilu Presiden dan Parlemen pada 24 Juni mendatang. Partai-partai politik pun mulai melancarkan berbagai pendekatan ke konstituen.
Partai Rakyat Republikan (CHP), yang merupakan partai oposisi utama di Turki, bicara tentang kebebasan beragama. Agaknya hal itu untuk menarik segmen pemilih Syiah yang berjumlah sekitar 3,5 juta jiwa dan Kristen yang populasinya mencapai 160.000 jiwa.
Isu itu juga digulirkan dalam rangka menghantam pemerintah Erdogan yang dinilai terlalu pro Islam di tengah konstitusi Turki yang sekuler.
Isu kebebasan beragama langsung disuarakan oleh Muharrem Ince, calon presiden dari partai yang getol memperjuangkan sekularisme Turki tersebut.
Menjawab isu itu, Erdogan melontarkan tanggapan telak berangkat dari sejarah panjang CHP.
“17 tahun CHP melarang adzan menggunakan bahasa arab, dan sekarang capres CHP bicara kebebasan beragama?” kata Erdogan seperti dikutip Alarabiya.
#أردوغان: حزب الشعب الجمهوري منع رفع الآذان باللغة العربية لمدة 17 عاما، من ثم مرشح الحزب ياتي اليوم يتحدث عن الحريات الدينية pic.twitter.com/BLuAkOlHEV— قناة TRT العربية (@TRTalarabiya) 17 Juni 2018
Untuk diketahui, penduduk Turki berjumlah sekitar 78 juta. Mayoritasnya merupakan pemeluk Islam Sunni. Kendati demikian, Erdogan menjamin hak-hak kebebasan agama seluruh rakyat Turki.
"Jika saya sebagai Muslim bisa hidup seperti yang saya inginkan maka seorang Kristen dapat melakukannya juga. Hal yang sama berlaku untuk orang-orang Yahudi," demikian salah satu pernyataan Erdogan yang terkenal, pada 2016 lalu. [Ibnu K/Tarbiyah]