Posted by : Slamet
Jumat, 15 Maret 2019
Hati ini geram saat istilah teroris selalu dilabelkan pada Islam dan umatnya. Begitu ada pelaku pembunuhan beridentitas muslim, langsung semua media menuduh teroris.
Namun saat pelakunya bukan Islam, media menyebutnya kriminal. Maksimal ekstrimis.
Seperti Devin Patrick Kelley yang menembak mati 26 jemaat gereja di Texas pada November 2017 lalu. Juga Nikolaus Cruz yang menewaskan 17 orang di SMA Florida, Februari 2018 lalu.
Seandainya Kelley dan Cruz beragama Islam, tentu media langsung melabelkan teroris sejak pemberitaan pertama.
Tak bisa dipungkiri, istilah teroris adalah alat propaganda yang dipaksa dilekatkan pada Islam. Agar stigma negatif itu menempel kuat pada agama yang perkembangannya tidak bisa dibendung ini.
Mereka yang takut dengan perkembangan Islam berusaha mencari segala cara untuk menghentikannya. Menghentikan agama yang tumbuh pesat di Eropa dan seluruh benua.
Dipakailah istilah teroris sebagai stigma negatif terhadap Islam. Agar orang takut. Agar orang menjauh dari agama yang rahmatan lil 'alamin ini.
Namun hari ini, dunia tidak bisa menghindar. Dunia tak bisa menutup mata. Sebab korbannya terlalu banyak. Orang-orang muslim yang sedang berada di Masjid untuk sholat Jumat. Jumlah yang meninggal mencapai 49 orang. Belum termasuk yang terluka.
Dunia bisa apa. Akhirnya disebutlah pelakunya sebagai teroris. PM Selandia Baru sudah mengatakannya. Lalu pimpinan sejumlah negara mengikutinya. Pelakunya teroris dan bukan muslim.
Muslim justru menjadi korban terorisme mengerikan ini. Mengerikan bukan hanya jumlah korbannya yang begitu banyak. Namun korbannya ditembaki saat sedang beribadah dan aksi penembakannya disiarkan secara live. Kurang keji apa?!
Maka kini istilah teroris berbalik. Islam bukan teroris. Muslim bukan teroris. Dunia melihat bahwa umat Islam justru menjadi korbannya. Terang-terangan.
Jika selama ini istilah teroris digunakan untuk memadamkan cahaya Allah, Allah yang akan membersihkan stigma itu.
"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya" (QS. Ash-Shaf: 8)
Maka jangan pernah kehilangan kebanggaan sebagai muslim. Jangan pernah berkecil hati sebagai umat Islam. Jangan pernah berhenti menjadi penebar agama rahmatan lil 'alamin ini.
Dan untuk saudara-saudara kita di Selandia Baru yang menjadi korban penembakan teroris itu, insya Allah mereka syahid. Kita doakan mereka mendapatkan tempat terbaik di sisiNya dan keluarga disabarkan atas kehilangan mereka.
Dari posting: Ummi Liha