Posted by : Slamet
Selasa, 17 Desember 2019
ilustrasi (pinterest) |
Penindasan pemerintah China terhadap muslim Uighur bukan hanya melalui kekerasan fisik. Konsorsium jurnalis, International Consortium of Investigative Journalist atau ICIJ mengungkapkan, China juga menindas muslim Uighur dengan menggunakan taktik teknologi dan pengawasan.
Dikutip dari laman Business Insider, Selasa (17/12/2019), menurut dokumen yang dibocorkan ICIJ itu, otoritas China menindas muslim Uighur melalui skema penggunaan aplikasi berbagi file, Zapya.
Zapya adalah aplikasi gratis yang populer di kalangan warga China. Zapya memungkinkan pengguna mengunduh Alquran dan berbagi materi dakwah Islam dengan mudah. Materi agama itu dianggap sebagai ancaman oleh otoritas China.
Dengan cara itu, otoritas China akhirnya menangkap sekitar 40.557 warga Uighur untuk diinterogasi satu per satu. Kemudian puluhan ribu warga Uighur itu dikirimkan ke pusat konsentrasi, kecuali mereka bisa membuktikan tak bersalah.
Otoritas China melabeli 40.557 warga Uighur tersebut sebagai warga yang 'berbahaya' dan 'berguru pada imam yang tak sah'.
ICIJ belum mendapatkan informasi valid bagaimana China mengakses aplikasi Zapya pada puluhan ribu pengguna tersebut. Namun pemerintah China memiliki kekuatan dan kewenangan untuk meminta data pengguna dan percakapan pribadi kapan pun mereka menginginkannya. Sedangkan aplikasi Zapya dikembangkan oleh DewMobile Inc yang markas pusatnya di Beijing. [Ibnu K/Tarbiyah]