Posted by : Slamet
Selasa, 13 Februari 2018
Indonesia Lawyers Club (ILC) malam ini (13/2/2018) mengangkat tema “Teror ke Pemuka Agama: Adakah Dalangnya?” dengan menghadirkan sejumlah nara sumber di antaranya Wakil Ketua GP Ansor.
Setelah melakukan berbagai analisa, GP Ansor melihat banyak keanehan dalam kasus-kasus yang terjadi belakangan ini. Misalnya yang menjadi sasaran adalah ulama dan pelakunya disebut sebagai orang gila.
Orang gila, menurut GP Ansor, seharusnya bersikap random (acak). Siapapun yang menghalangi akan diserang. Namun tidak demikian dengan orang-orang gila dalam kasus tersebut. Mereka hanya mengincar ulama.
“Ini harus diusut tuntas dan jelas” tegasnya.
Serangan terhadap ulama sangat berbekas bagi Ansor karena dulu pernah terjadi pada tahun 1965 dan juga kasus penyiksaan guru ngaji di Banyuwangi.
“Ini negara ke mana?” tandasnya.
“Negara itu harus melindungi negaranya, melindungi rakyatnya,” lanjutnya.
GP Ansor juga mencurigai ada kaitannya dengan Pilkada. Karena biasanya menjelang Pilkada hanya ada pengkondisian dengan kata-kata.
Secara spesifik, GP Ansor menanyakan peran polisi dan BIN.
“Kalau kemudian BIN begitu juga semua aparatur negara yang punya fungsi intelijen tidak cepat dan tidak tepat, mending diganti Banser wae,” ujarnya.