Posted by : Slamet
Selasa, 12 Februari 2019
Nusron Wahid mempersoalkan tema Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (12/2/2019) malam. Ia menduga itu hanya angan-angan fiksi Karni Ilyas.
“Tadi Pak Karni awal-awal di sini membuat narasi prolog tentang kosa kata benarkah tajam sebelah itu dengan menyebut setidaknya empat kasus politik. Pertama. Duduk menghadap ke sana tadi. Saya catat. Satu, Ahmad Dani. Kedua, Slamet Maarif. Ketiga, Rocky Gerung. Keempat, Ratna Sarumpaet. Di samping kasus-kasus yang lain. Remisi, di pengadilan, di lapas, dan lain sebagainya,” kata Nusron.
Nusron tidak percaya jika hukum tajam sebelah. Sebab menurutnya, banyak kasus lain yang juga menimpa pendukung 01 tapi tidak dipersoalkan dan tidak dipolitisir.
“Jadi ini yang politisasi hukum yang mana? Kalau dibolak-balik. Jadi saya merasa ini jangan-jangan angan-angan fiksinya Pak Karni Ilyas membangun narasi ini. Seakan-akan dibangun bahwa case ini case ini adalah bagian dari narasi kekuasaan untuk membungkam oposisi,” imbuh politisi Golkar itu.
Setelah giliran Nusron selesai, Karni Ilyas pun angkat bicara.
“Anda itu ternyata pendengar yang baik. Anda catat semua orang ngomong. Walaupun tidak satu kata pun saya menyebut Rocky Gerung, Ratna Sarumpaet. Walaupun. Tapi yang lain Anda catat. Tapi Anda bukan pembaca yang baik. Coba Anda baca baik-baik. Benarkah Tajam Sebelah? Bukan menghakimi tajam sebelah. Karena isu ini beredar di publik, saya bawa ini kesempatan Anda untuk membantahnya. Pakai tanda tanya. Tanda tanya itu artinya kita sendiri nggak yakin,” kata Karni Ilyas.
“Ya nggak apa-apa. Makanya ini kok nggak pernah kalau ada kasus-kasus lain kok narasinya nggak dibangun?”
“O, ada. Pakai tanda tanya juga.”
Akhirnya Nusron pun ‘menyerah’. “Iya, nggak apa-apa kalau gitu,” kata Nusron seperti dikutip Fimadani.