Posted by : Slamet
Senin, 04 September 2017
Muslim Rohingya mengungsi (Reuters) |
Sebuah fakta Muslim Rohingya yang telah berlangsung berabad-adab diungkap oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah Muhamad Zaitun Rasmin. Fakta yang menunjukkan siapa sebenarnya mereka ini membuat kita semakin bangga dengan Muslim Rohingya, sekaligus malu pada diri sendiri.
Wakil Ketua GNPF-MUI itu mengungkapkan, etnis Muslim Rohingya adalah etnis Muslim yang kuat dan istiqamah dengan iman dan Islamnya. Terbukti dengan kezaliman yang mereka derita berabad-abad hingga hari ini tidak menggoyahkan keimanan dan kemusliman mereka.
"Yang paling anyar adalah apa yang terjadi pekan ini berupa tindakan represif militer Myanmar dengan dalih memberantas militan Rohingya di wilayah Rakhine yang justru berwujud pembunuhan paling brutal pada abad ini," kata Ustadz Zaitun dalam siaran pers seperti dikutip Republika, Selasa (5/9/2017).
Fakta bahwa Muslim Rohingya tetap teguh memegang iman dan Islam di tengah-tengah kezaliman parah yang mereka alami inilah yang seharusnya membuat umat Islam bangga pada mereka sekaligus malu pada diri sendiri jika tidak membela mereka.
Wahdah Islamiyah, ormas Islam yang dipimpin oleh Zaitun, mengutuk keras segala tindakan kezaliman terhadap etnis Muslim Rohingya. Lebih jauh, Wahdah Islamiyah menyeru seluruh umat Islam untuk melakukan jihad kemanusiaan dengan memberikan apapun untuk mengangkat kezaliman tersebut.
Wahdah Islamiyah juga menuntut PBB menghentikan genosida dan menuntut pemerintah Indonesia menggunakan pengaruhnya guna menghentikan genosida tersebut.
Seperti diketahui, pembantaian terhadap Muslim Rohingya kembali terjadi baru-baru ini. Menurut data yang diakui Pemerintah Myanmar, sekitar 400 orang tewas pada pekan lalu. Menurut PBB, pada 31 Agustus 2017 sekitar 38.000 warga etnis Rohingya telah menyeberang ke Bangladesh dari Myanmar untuk menyelamatkan diri.
Sedangkan menurut Menurut lembaga aktivis Rohingya di Eropa, European Rohingya Council (ERC), jumlah yang tewas antara 2.000 hingga 3.000 orang, jauh lebih banyak daripada yang diakui oleh Pemerintah Myanmar.
Juru bicara ERC Anita Schug mengatakan, pada Ahad (27/8/2017) lalu, hampir 1.000 Rohingya terbunuh di desa Saugpara, distrik Rathedaung saja. [Ibnu K/Tarbiyah.net]