Posted by : Slamet Selasa, 03 Oktober 2017

MAKALAH PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA DI MI/SD
HAKIKAT IPA MI/SD


Dosen Pengampu :
Nasyariah Siregar, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok I

Ø  Slamet Subagja
Ø  Sarifah inayah
Ø  Mega Safitri
Ø  Nawinta Fahira Amamda






JURUSAN : PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS : TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS  ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2017





KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya;ah penulis dapat menyelesaikan makalah tentang hakikat IPA dengan baik. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Pengembangan Pembelajaran IPA di MI/SD.
Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang hakikat ipa dan tujuan ipa di MI/SD. Dalam penulisan makalah ini, penyusun tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, arahan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Sebelumnya penyusun memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Demikianlah makalah ini penyususan buat, mudah-mudahan dapat bermanfaat untuk kita semua










                                                                                                Jambi, 20 September 2017
                                                                                                Penyusun,



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A.    Latar Belakang Masalah 1
B.     Rumusan Masalah 1
C.     Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A.    Hakikat Ipa 2
B.     Pengertian Ipa 4
C.     Tujuan IPA 5
D, Fungsi IPA 6
BAB III PENUTUP 8
Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA 9












BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah
ipa merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefenisi sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
Dalam pembelajaran di SD/MI pendidikan ipa sudah mulai menyeluruh dari kelas rendah hingga kelas tinggi, sebelum memasukkan pelajaran sains (ipa) ke pendidikan ada beberapa yang harus diperhatikan terlebih dahulu diantaranya hakikat dari sains (ipa) itu sendiri, pengertian ipa, tujuan dari ipa untuk SD/MI dan fungsi yang didapatkan bagi peserta dari pembelajaran ipa tersebut. Dengan memperhatikan hal tersebut maka pendidikan ipa bisa masuk ke dalam kurikulum pendidikan.
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang hal tersebut untuk lebih memudahkan untuk memahami tentang sains (ipa) itu sendiri
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka dapat ditarik rumusan masalah diantaranya :
1.      Apakah Hakikat ipa?
2.      Apakah pengetian dari sains (ipa)?
3.      Bagaimanakah tujuan Ipa di SD/MI?
4.      Bagaimanakah fungsi Ipa?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui tentang hakikat ipa
2.      Untuk mengetahui tentang pengertian dari sains (ipa)
3.      Unutk mengetahui tujuan ipa
4.      Untuk mengetahui fungsi ipa



BAB II
PEMBAHASAN

1.      Hakikat  IPA
Hakikat sains (IPA) adalah landasan untuk berpijak dalam mempelajari IPA banyak cara yang telah  dilakukan untuk mencapai aspek yang terkandung di dalam hakikat sains (IPA), namun belum juga menunjukkan hasil yang memuaskan. Disamping itu juga guru belum memahami konsep hakikat sains (IPA). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Widodo, pembelajaran sains (IPA) yang hanya membelajarkan sains secara utuh[1]. Dalam membelajarkan sains guru hendaknya juga melatih keterampilan siswa untuk berproses (keterampilan proses) dan juga pantang menyerah dan tebuka.
Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, menyusun hipotesis, melalui eksperimen, Penarikan kesimpulan,serta penemuan teori dan konsep. Dapat pula dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkain proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep,prinsip,dan teori yang berlaku secara universal.
Sejak ada peradaban manusia, orang telah dapat mengadakan upaya untuk mendapatkan sesuatu dari alam sekitarnya. mereka telah dapat mengadakan sesuatu dari alam sekitarnya.mereka telah dapat membedakan hewan atau tumbuhan mana yang dimakan. mereka telah dapat menggunakan alat ntuk mencapai kebutuhannya. Dengan menggunakan alat, mereka telah  merasakan manfaat dan kemudahan-kemudahan untuk mencapai suatu tujuan. kesemua itu menandakan bahwa mereka memperoleh pengetahuan dari pengalaman dan atas dorongan untuk dapat memenuhi kebutuhan. Berkat pengalaman pula, mereka mengenal beberapa macam tumbuhan yang dapat dijadikan obat dan bagaimana cara pengobatannya.
Mereka telah mampu pula untuk mengadakan pengamatan dan melakukan abstraksi. Dari pengamatan bahwa dengan cara menggosokkan tangan timbul kehangatan, maka timbul gagasan untuk menggosokkan kayu sehingga ditemukan api.mulai pengamatan terhadap objek disekitarnya, kemudian mereka mengarahkan pandangan ke objek yang lebih luas seperti bulan, binatang,matahari. Akibatnnya, pengetahuan mereka lebih meluas. Tetapi pengetahuan mereka tetap dalam bentuk yang sederhana diperoleh  dengan cara berpikir sederhana pula.
Dorongan-dorongan inigin tahu yang terbentuk secara kodrati, telah mendorong mereka untuk mengagumi dan mempercayai adanya keteraturan di alam. Hal ini telah mendorong munculnya sekelompok ahli berpikir dan kemudian disebut ahli filsafat.berkat mereka, pola berpikir manusia lebih sempurna dan menciptakan alat sudah menjadi kebutuhan. pemikiran dilakukan secara terpola sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Dorongan tidak hanya karena ingin tahu tetapi telah meningkat untuk mencari kepuasan dan penggunaannya.
Penemuan mereka dapat diuji kebenarannya oleh orang lain sehingga dapat diterima secara universal. Dengan demikian, dari oengetahuan berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Perolehan didapat melalui percobaan, didukung oleh fakta, menggunakan metode berpikir yang sistematik sehingga dapat diterima secara universal. Ilmu pengetahuan di peroleh ini untuk selanjutnya kita namakan produk. Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan merupakan suatu proses. Dimulai dengan adanya masalah, kemudia berupaya unutk mengumpulka informasi yang relevan, mencari beberapa alternative jawaban, memilih jawaban yang paling mungkin benar, melakukan percobaan dan memperoleh kesimpulan.
Ilmu pengetahuan berkembang semakijn luas, mendalam, dan komplek sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Oleh karena ilmu Pengetahuan berkembang menjadi dua bagian yaitu natural science (Ilmu Pengetahuan Alam IPA) dan social science (Ilmu Pengetahuan Sosial, IPS)[2]. Meskipun demikian penggunaan istilah science masih tetap digunakan sebagai Ilmu pengetahuan Alam, yang diIndonesia menjadi Sains. Tetapi ingat ketika dunia internasional mengatakan science maka yang dimaksud ilmu pengetahuan alam, beda dengan di Indonesia, masih ada saja orang yang mengartikan sains sebagai ilmu pengetahuan secara umum.
Dalam perkembangannya, IPA atau Sains terbagai menjadi beberapa bidang sesuai dengan peradabang bentuk dan cara memandang gejala alam. Ilmu yang mempeajari kehidupan di sebut Biologi. Ilmu yang mempelajarai gejala fisik dari alam disebut fisika. Dan khusus bumi dan antariksa disebut ilnu pengetahuan bumi dan antariksa. Sedangkan ilmu yang mempelajari sifat materi benda di sebut ilmu kimia. Terkadang pada tingkat pembahasan atau gejala tertentu, peradaban ini sudah tidak Nampak lagi
2.      Pengertian Sains (IPA)
Secara etimologi, Fisher menyatakan kata sains berasal dari bahasa latin, yaitu scienta yang artinya secar sederhana adalah pengetahuan (knowledge)[3]. Kata sains mungkin juga berasal dari bahasa Jerman, yaitu Wissenchaft yang artinya sistematis, pengetahuan yang terorganisi. Sains diartikan sebagai pengetahuan yang secara sistematis tersusun (assembled) dan bersama-sama dalam satu urutan terorganisasi. Misalnya pengetahuan tentang fisika, biologi dan kimia.
Istilah sains secara umum mengacu kepada masalah alam (nature) yang dapat diinterpretasikan dan diuji. Dengan demikian keadaan alam merupakan materi yaitu atom, molekul, dan senyawa, segala sesuatu yang mempunyai ruang dan massa, sepanjang menyangkut ‘natural law’ yang memperlihatkan ‘behaviour; materi, merupakan pengertian dari sains, yaitu fisika, kimia, biologi[4].
Davis dalam bukunya On the Scientific Methods  yang dikutip Chalmkers menyatakan sains sebagai suatu struktur yang dibangun dari fakta-fakta. Bronowsi, seorang saintis dan juga filosof tentang sains, menyatakan sains merupakan organisasi pengetahuan dengan suatu cara tertentu berupa penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal yang tersembunyi yang ada didalam. [5]
Jadi dari beberapa pendapat mengenai pengertian dari sains (IPA) dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa Sains (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam yang meliputi mahluk hidup dan mahluk tak hidup. Pengetahuan sains diperoleh dan dikembangkan dengan berlandasan pada serangkaian penelitian yang dilakukan sainstis dalam mencari jawaban pertanyaan apa?,mengapa? Dan bagaimana? Dari gejala-gejala alam serta penerapannya dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari
3.      Tujuan IPA di MI/SD
Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langusng untuk mengembangakna kompetensi agas siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan melakukan sesuatu sehingga dapat memmbantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar[6].
Pembelajaran sains (IPA) di MI/SD adalah pondasi awal untuk medidik siswa menjadi sainstik yang sejati, hal ini dibutuhkan tuntutan bagi pendidik untuk memahami karakteristik anak usia sekolah dasar tersebut. Usia anak MI/SD berkisar antara 7 tahun sampai 12 tahun. Menurut Piaget bahwa tahap perkembangan kognitif menjadi empat tahap, yaitu sesorimotorik (0-2 tahun), pra operasional (2-6/7 tahun), operasional konkret (6/7-11/12 tahun), dan operasional formal (11/12 tahun hingga dewasa)[7]. Siswa MI/SD berada pada tahap perkembangan operasi konkret, pada tahap ini telah menyadari pandangan orang lain dan juga bisa menggunakan lebih dari satu aspek untuk bahan pertimbangan. Oleh karena itu apabila diminta untuk mengelompokkan suatu objek mereka bisa menggunakan beberapa dasar pengelompokan. Pada tahap ini juga telah memahami permasalahan yang sifatnya konkrit.
Tujuan pemberian mata pelajaran IPA atau sains adalah agar siswa mampu memahami dan menguasai konsep-konsep IPA serta keterkaitan dengan kehidupan nyata, siswa juga mampu menggunakan strategi pembelajaran ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya,sehingga lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta kekuasaan penciptanya.
Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut[8]:
a.       Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan keindahan dan keteraturan alam cipta Nya
b.      Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep  IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam  kehidupan sehari-hari
c.       Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara ipa,lingkungan,teknologi,dan masyarakat.
d.      Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan masalah dan dan membuat keputusan.
e.       Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
f.       Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan nya sebagai salah satu ciptaan tuhan.
g.      Memperoleh bekal pengetahuan konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Tujuan adalah landasan awal seorang guru untuk mengajar. Demikian juga dalam IPA, tujuan pada mata pelajaran ipa menjadi indicator keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran tidak akan berhasil apabila seorang pendidik tidak mengetahui tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, hendaknya guru benar-benar memahami esensi dari tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran sains (IPA) mencerminkan bagaimana tindakan-tindakan yang harus dilakukan agar keterampilan-keterampilan dan kecakapan-kecakapan diharapkan dicapai pada diri peserta didik
4.      Fungsi pelajaran sains (IPA)
Menurut kurikulum pendidikan dasar (depdikbud 1993/1994:97-98)
Mata pelajaran IPA berfungsi untuk:
a.       Meberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan alam dan lingkungan buatan yang berkaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari
b.      Mengembangkan keterampilan proses.
c.       Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas hidup sehari-hari.
d.      Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan disekitarnya dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
e.       Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi.

















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami paparkan diatas maka dapat kita ambil beberapa kesimpulan diantaranya dari pengertian hakikat ipa adalah landasan yang awal bagi peserta didik untuk mempelajarin sains (IPA). Banyak cara yang telah dilakukan unmtuk mencapai aspek yang terkandung dalam hakikat semua itu membutuhkan guru yang dapat memahami hakikat ipa itu sendiri,
Pengertian dari ipa merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam yang meliputi mahluk hidup dan mahluk tak hidup. Pengethauna sains diperoleh dan dikembangkan dengan berlandasan pada serangkaian penelitian yang dilakukan sainsis dalam mencari jawaban













DAFTAR PUSTAKA
Tursinawati, 2013, “Analisis kemunculan sikap ilmiah siswa dalam pelaksanaan percobaan pada pemmbelajaran ipa”. Jurnal pionir. Vol. 1 No. 1.
Mariana, I Made Alit, Wandi Praginda, 2009, Hakikat Ipa dan Pendidikan Ipa,  Jakarta: PPPPTK IPA.
P.Rahayu, dkk, 2012, “pengembangan pembelajaran IPA terpadu dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based melalui lesson study”. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Vol. 1 No. 1.
Mansur Muslich, 2007 KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) pemahaman & pengembangan. Jakarta : Bumi Aksara, 2007.




[1] Tursinawati, “Analisis kemunculan sikap ilmiah siswa dalam pelaksanaan percobaan pada pemmbelajaran ipa”. Jurnal pionir. Vol. 1 No. 1, Juli 2013, Hlm. 68
[2] I Made Alit Mariana, Wandi Praginda, Hakikat Ipa dan Pendidikan Ipa, (Jakarta: PPPPTK IPA, 2009) Hlm. 14
[3] I Made Alit Mariana, Wandi Praginda, Hakikat Ipa dan Pendidikan Ipa, (Jakarta: PPPPTK IPA, 2009) Hlm. 14
[4] Ibid, Hlm. 15
[5] Ibid , Hlm.15
[6] P.Rahayu, dkk, “pengembangan pembelajaran IPA terpadu dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based             melalui lesson study”. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Vol. 1 No. 1, Februari 2012, Hlm. 64
[7] Tursinawati, “Analisis kemunculan sikap ilmiah siswa dalam pelaksanaan percobaan pada pemmbelajaran ipa”. Jurnal pionir. Vol. 1 No. 1, Juli 2013, Hlm. 69
[8] Mansur Muslich, KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) pemahaman & pengembangan. ( Jakarta : Bumi Aksara, 2007) Hlm. 109

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © SLAMET - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -