Posted by : Slamet
Minggu, 01 Oktober 2017
DN Aidit saat kampanye Pemilu 1955 dan ilustrasi massa |
Partai Komunis Indonesia (PKI) memberontak pada tanggal 30 September 1965 hingga dikenal dengan G30S/PKI. Beruntung, PKI bisa ditumpas segera setelah pengkhianatan berdarah itu.
Sebelum melakukan pemberontakan pada 30 September 1965, PKI mengusulkan pembentukan angkatan kelima dengan mempersenjatai buruh dan petani.
“Itu langsung disambut oleh Mao Tse Tung, membantu jutaan senjata Cung,” ungkap Sejarawan Arukat Jaswadi, Sabtu (30/9/2017), seperti dikutip Republika.
Selain itu, PKI juga melakukan beberapa aksi sebagai gladi resik G30S/PKI. Di antaranya, melakukan pendudukan atas tanah milik pesantren dan milik negara. Mulai dari Mantingan milik Pesantren Gontor, perkebunan Kediri, hingga ke Bandar Betsi.
PKI juga melakukan sejumlah aksi penistaan agama. Arukat mencontohkan, melalui Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), setiap PKI menampilkan ludruk, mereka menceritakan tentang matinya Gusti Allah.
Juga aksi penyerangan terhadap pelatihan PII. PKI menyerbu Pondok Pesantren Al-Jauhar di Desa Kanigoro, Kecamatan Kras, Kediri dan menginjak-injak Al Quran. (Baca: Ini Teriakan Terakhir DN Aidit Sebelum Mati, Tanda Suul Khatimah?)
Mengapa PKI kemudian kalah dan bisa ditumpas? Di antara sebabnya,menurut Arukat, karena strategi revolusioner dan ajaran komunismenya itu ditolak.
Ia bersyukur saat itu PKI bisa ditumpas, sebab jika PKI menunda pemberontakannya lima atau 10 tahun, lawan-lawannya akan dihabisi PKI. [Ibnu K/Tarbiyah.net]