Posted by : Slamet Rabu, 19 Oktober 2016

Almuzammil Yusuf
Gemuruh takbir memenuhi ruang paripurna DPR RI ketika Anggota Fraksi PKS Almuzammil Yusuf menyatakan sikapnya terkait pernyataan Ahok soal Al Maidah ayat 51. Tanda mayoritas anggota DPR RI setuju dengan pernyataan tegas Almuzammil Yusuf agar kasus Ahok diselesaikan secara hukum.

Rabu (19/10/2016), DPR RI menggelar rapat paripurna yang membahas tentang Perjanjian Paris atas Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai perubahan iklim. Sebelum rapat itu dibuka, Almuzammil mengangkat tangan untuk mengajukan interupsi guna menyuarakan aspirasi umat.

Almuzammil memulai pernyataannya dengan mengutip surat dari dokter Gamal alumni fakultas kedokteran Universitas Brawijaya soal toleransi.

"Dua hari lalu, sebelum saya menerima penghargaan Empowering people Award dari Siemens di Jerman, salah seorang panitia mendatangi saya untuk menanyakan cara bersalaman di atas panggung karena pimpinan mereka adalah seorang wanita. Mereka menghormati ketika tahu saya tidak bersalaman dengan wanita karena tidak ingin bersentuhan dengan yang non muhrim. Saya cukup menempelkan kedua tangan saya, lalu menyapa mereka tanpa menyentuh tangannya. Mereka mengatur itu di atas panggung agar saya merasakan kenyamanan. Itulah toleransi.

Di perjalanan ke Inggris untuk kunjungan ke 15 perusahaan, pernah saya menaiki pesawat yang tidak menyediakan makanan halal. Setelah saya sampaikan kepada mereka saya hanya bisa makan makanan halal, mereka mencari mie instan yang memiliki label halal untuk saya. Itulah toleransi.






Ketika saya harus presentasi di California University yang bersamaan Shalat Jumat, saya minta panitia menggeser jam presentasi kami, karena saya ingin melaksanakan Salat Jum'at di sana. Mereka mengijinkan menggeser waktu presentasi saya. Itulah toleransi.

Ketika makan malam dengan pangeran Charles di Istana Buckingham, mereka mengatur supaya saya mendapatkan makanan untuk vegetarian agar saya merasa nyaman. Itulah toleransi.

Di berbagai pengalaman itu, saya merasakan dan menyimpulkan bahwa bentuk toleransi adalah hormat. Bagi saya "The highest result of tolerance is respect and social relations", hasil terbesar toleransi adalah respek dan hubungan sosial. Mulai dari hal yang kecil seperti makanan, cara berpakaian, cara beraktivitas, sampai hal yang besar soal agama, kitab suci, dan prinsip Ketuhanan.

UNESCO dalam publikasinya "Tolerance: The Threshold of Peace" menyatakan social relations adalah salah satu indikator dari suksesnya toleransi di sebuah masyarakat. Oleh karenanya hasil dari toleransi adalah kenyamanan individu dan keharmonisan sosial.

Mau tidak mau, pemimpin berperan besar dalam menjaga, membangun, dan menciptakan toleransi yang baik. Tidak boleh pemimpin itu masuk atau memberikan komentar terhadap agama, kitab suci, prinsip Ketuhanan, dan cara beribadah sebuah agama.

Peran pemimpin itu penting sekali dalam toleransi yang kita bangun. Kita rindu pemimpin yang mampu menyejukkan perbedaan kita dalam kesantunan, menciptakan keharmonisan di antara perbedaan dengan sikap saling menghormati dalam cinta kasih. Itulah pesan sila ketiga Persatuan Indonesia dan sila pertama Ketuhanan yang Mahaesa.

Bukan pemimpin yang tidak mempedulikan perbedaan yang ada, menciptakan ketegangan dengan menghina agama, melecehkan kitab suci dan sejenisnya. Seorang pemimpin harus menghormati agama yang berbeda dengan tidak menilai atau mengomentari agama, tidak mengomentari kitab suci, dan tidak mengomentari cara ibadah.

Teruntuk Pak Ahok, sungguh menyakitkan jika anda merasakan bagaimana yang kami rasakan sebagai umat Islam. Kitab yang kami baca tiap hari, kami jadikan pegangan hidup, kami hafalkan, kami baca saat banyak orang tidur, kami pelajari bertahun-tahun, lalu dengan mudahnya anda sebut sebagai alat melakukan kebohongan. Apakah Pak Ahok pernah menempuh jurusan tafsir hingga merasa berhak menafsirkan Alquran seenaknya? Pak Ahok, jangan hina kitab suci saya hanya untuk kepentingan politik anda! Tidak ada sedikitpun kebohongan dalam Alquran! Hormati Alquran kami!

Bill Maher mengatakan, "Don't get so tolerant that you tolerate intolerance". Jangan anda terlalu toleran sehingga menoleransi sesuatu yang tidak bisa ditoleransi.

Saya sebenarnya tidak suka menuliskan atau memberikan tanggapan soal permasalahan politik, tapi nasehat Ayaan Hirsi Ali bahwa "Tolerance of intolerance is cowardice. Mentoleransi sebuah intoleransi adalah sikap pengecut” cukup memantapkan hati saya untuk tidak diam.

Oleh karena itu tepatlah apa yang disampaikan Buya Hamka, "Jika agamamu, nabimu, kitabmu dihina dan engkau diam saja, jelaslah ghiroh telah hilang darimu…. Jika ghiroh telah hilang dari hatimu, gantinya hanya satu, yaitu kain kafan. Sebab kehilangan ghiroh sama dengan mati….."

Setelah membacakan tulisan dokter Gamal tersebut, Almuzammil kemudian meminta Presiden dan Kapolri untuk menghormati tuntutan masyarakat yang telah disalurkan melalui jalur hukum.

“Oleh karena itu, dengan mengutip tulisan ini pada kesempatan ini, saya ingin mengingatkan kepada Presiden Republik Indonesia Jokowi, Kapolri, negara kita adalah negara hukum. Hormatilah orang yang menuntut secara hukum. Itulah cara menghormati sila pertama Ketuhanan Yang Mahaesa dan Persatuan Indonesia, sila ketiga,” tegas Almuzammil.

Selanjutnya, Almuzammil menyatakan bahwa kasus Ahok harus diselesaikan dengan jalur hukum dan tidak perlu ditakuti akan terjadi apa yang disebut Hendropriyono sebagai darurat sipil. Ia juga mengajak anggota DPR yang setuju untuk bertakbir tiga kali.

“Oleh karena itu saya ajak teman-teman yang setuju, kita teriakkan takbir tiga kali. Allaahu akbar! Allaahu Akbar! Allaahu akbar!” Pekikan takbir pun bergemuruh di gedung DPR RI.





Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © SLAMET - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -