Posted by : Slamet
Rabu, 06 November 2019
Suasana rapat DPR (RRI) |
Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay memprotes pernyataan Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris. Saleh tidak terima pernyataan Fachmi yang menyebut iuran BPJS lebih murah daripada membeli pulsa telepon.
Menurutnya, Fachmi sedang menyederhanakan masalah. Padahal, masalah-masalah itu sangat kompleks.
“Coba bayangkan iuran BPJS dibandingkan pulsa telepon, itu sangat-sangat tidak komparatif, tidak kompatibel, dan tidak komparabel. Tidak boleh dibandingkan seperti itu,” kata Saleh saat rapat kerja Komisi IX DPR dengan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, BPJS, DJSN, dan Badan Pengawas BPJS di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Aleg dapil Sumatera Utara II itu lantas mengajak Fachmi sekali-sekali ke kampungnya untuk melihat bahwa masih ada warga yang susah yang gajinya Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu sehari.
“Tidak usah menunggu setengah jam, 20 menit saya tunjukkan ini loh orang yang gajinya Rp 20 ribu, Rp 30 ribu sehari,” katanya seperti dikutip JPNN.
Saleh tak setuju analogi dirut BPJS yang sebelumnya menyebut bahwa untuk membayar iuran BPJS, masyarakat bisa menabung Rp 2 ribu per hari. Saleh menjelaskan, kalau dalam satu keluarga itu ada suami, istri, dan satu anak, berarti setiap hari harus menambung Rp 6 ribu. Padahal di kampung kadang-kadang banyak keluarga yang memiliki banyak anak.
Ia mencontohkan keluarga yang punya anak lima. Sehari, keluarga itu harus menabung Rp 14 ribu. Maka satu bulan sudah Rp 420 ribu.
“Jadi, lebih murah mana iuran BPJS atau pulsa telepon?” kata anggota DPR dari Fraksi PAN itu dengan mimik wajah serius.
Lebih jauh Saleh menegaskan bahwa pulsa telepon itu adalah kebutuhan sekunder, bahkan tersier. Menurut dia, orang yang tidak punya telepon masih bisa hidup senang dan gembira. Namun kalau tidak punya akses kesehatan, orang bisa meriang, merinding, bahkan meninggal dunia.
“Bisa dibayangkan tidak? Tolong cabut itu (pernyataan),” tandasnya. [Ibnu K/Tarbiyah]