Posted by : Slamet
Rabu, 23 November 2016
Jenderal Gatot bersama Habib Luthfi bin Yahya (nu.or.id) |
Awalnya, Jenderal Gatot mendapat pesan bahwa Habib Rizieq dianiaya prajurit Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat). Jenderal bintang empat itu pun langsung memerintahkan intelijen menelusuri informasi yang beredar melalui aplikasi pesan WhatsApp (WA) itu.
"Langsung Intelijen saya suruh bekerja mencari, dan ternyata hoax (kabar bohong) tersebut berasal dari Australia dan Amerika," kata Jenderal Gatot kepada wartawan usai mengisi seminar di kampus Universitas Padjajaran, Rabu (23/11/2016), seperti dikutip Viva.
Kabar bohong semacam itu, menurut Gatot, memang bukan kali pertama ia terima. Namun dia menganalisis informasi tak benar tentang Rizieq Shihab itu menunjukkan memang ada kekuatan asing yang sedang berupaya mengusik persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
"Semakin nyata bahwa tangan-tangan luar ikut bermain," simpulnya.
Jenderal Gatot menengarai penyebaran informasi bohong itu berhubungan dengan kiprah Habib Rizieq yang sangat aktif menyuarakan tuntutan agar aparat penegak hukum mengadili kasus penistaan agama oleh Ahok.
Seperti diketahui, Habib Rizieq merupakan Ketua Dewan Pembina Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI). GNPF-MUI inilah yang menggagas Aksi Bela Islam I pada 14 Oktober dan Aksi Bela Islam II pada 4 November yang diikuti jutaan umat Islam. Hasilnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla menjanjikan proses penanganan kasus Ahok akan diselesaikan dalam dua pekan sejak aksi 411. Dan benar, pada 16 November, Ahok ditetapkan sebagai tersangka. (Baca: Ahok Sudah Resmi Tersangka Tapi Belum Ditahan, Ini Penjelasan Kapolri)
Kini, GNPF-MUI mengumumkan Aksi Bela Islam jilid III yang akan digelar pada 2 Desember mendatang. Aksi yang akan digelar dalam bentuk shalat Jumat dan doa bersama di sepanjang jalan Sudirman-Thamrin itu meminta agar tersangka penistaan agama ditahan. [Ibnu K/Tarbiyah.net]