Posted by : Slamet Rabu, 02 November 2016

Jokowi - Dahnil Anzar Simanjuntak
Di antara tokoh yang hadir memenuhi undangan Presiden Jokowi pada Selasa (1/11/2016) kemarin adalah Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak. Dahnil berkesempatan bertanya langsung kepada Jokowi. Maka ia pun menyampaikan sebuah pertanyaan dan sebuah saran.

Pertanyaan Dahnil terkait alasan Jokowi hanya mengundang Muhammadiyah, NU dan MUI. Sedangkan saran Dahnil agar Jokowi tegas terhadap Ahok jika memang ia terbukti bersalah.

"Saya Dahnil Anzar Simanjuntak, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah,” kata Dahnil mengawali pertanyaannya kepada Jokowi.

“Pak Presiden izinkan saya menyampaikan dua hal. Pertama adalah pertanyaan, kedua adalah saran. Pertama. Mengapa pagi ini tokoh-tokoh Agama yang diundang pada pagi hari ini hanya dari Muhammadiyah, MUI dan NU? Karena ada kesan di luar sana Pak Presiden sedang memecah belah kami umat Islam, karena di luar sana pasti berkembang perspektif Muhammadiyah, MUI dan NU sudah dikangkangi oleh Presiden. Mereka pasti tidak bisa bersikap obyektif lagi, padahal seperti Pak Presiden ketahui sikap Muhammadiyah, MUI dan NU sudah jelas, mengapa saudara-saudara kami yang ingin memobilisir demo itu tidak diundang juga, saya kira alangkah baiknya dan arifnya jika mereka diundang dan diajak untuk berdialog, tidak cuma kami,” lanjutnya.






“Kedua, Pak Presiden, publik kecewa. Agaknya penting Pak Presiden menyatakan dengan tegas dan terang bahwa kita akan tindak secara hukum bila Ahok betul menistakan keberagaman dan Islam. Pidato seperti itu penting Pak Presiden sampaikan seperti seterang dan tegas Bapak menyampaikan akan lawan pungli se-rupiah pun, agar umat tenang dan yakin. Mereka butuh sikap terang dari Bapak. Demikian Pak Presiden, mohon maaf dengan sangat bila tidak perkenan, maklum saya yang paling muda di sini".

Yang mengejutkan adalah jawaban Presiden Jokowi. Ternyata ia menyampaikan hal yang sangat berbeda dari arah pertanyaan Dahnil.

“Penting hari ini kita membangun kultur ekonomi, politik, sosial dan budaya yang kuat untuk menjawab masalah kesenjangan antar wilayah. Nah, salah satunya ya melalui revolusi mental itu. Hari ini kita terlalu banyak memproduksi Undang-undang dan mohon maaf orientasinya proyek. Dikit-dikit hukum, dikit-dikit hukum padahal nilai etika di atas hukum. Maka revolusi mental penting," jawab Jokowi yang kemudian disebut Dahnil sebagai jawaban yang kurang terang.

“Akhirnya pertemuan ditutup Pak Presiden Joko Widodo dengan di akhiri sesi foto, dan terus terang saya senang bisa menyampaikan pesan dan kritik langsung kepada Pak Joko Widodo, walau tidak dijawab dengan terang,” tulisnya ketika mengisahkan peristiwa itu melalui akun Facebook pribadinya. [Ibnu K/Tarbiyah.net]



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © SLAMET - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -