Posted by : Slamet Selasa, 24 Juli 2018

buzzer Ahok

Mengapa banyak sekali akun yang mendukung Ahok di media sosial menjelang Pilgub DKI lalu? Rupanya itu tak terlepas dari hasil kerja buzzer yang jumlahnya cukup banyak.

Apa saja yang mereka lakukan? Seorang mantan buzzer Ahok mengaku, sedikitnya ada 10 hal yang mereka lakukan hingga ia sendiri kini merasa jijik dengan apa yang mereka perbuat.






1. Dibayar 4 juta per bulan


Alex, demikian nama buzzer Ahok yang ditemui Kate Lamb, jurnalis The Guardian, di Jakarta. Ia mengaku dibayar Rp 4.134.000 per bulan. Timnya yang terdiri dari pendukung Ahok dan mahasiswa juga mendapatkan bayaran serupa.

2. Jumlah Buzzer cukup banyak


Tim Alex terdiri dari 20 orang. Itu hanya satu tim. Belum termasuk tim-tim lain baik diketahui atau tidak diketahui oleh Alex.

3. Minimal 11 akun


Tim sebanyak itu, masing-masing orang disyaratkan minimal memiliki 11 akun. Yakni 5 akun Facebook, 5 akun Twitter dan 1 akun Instagram.

4. Pakai foto palsu


Seluruh akun itu harus kelihatan seperti akun betulan. Namun sebenarnya semua akun itu adalah palsu. Mereka mencomot foto dari Google, akun media sosial milik orang lain, bahkan menurut pengakuan Alex, terkadang foto teman sendiri.

Mayoritas foto yang digunakan adalah foto perempuan cantik. Sehingga selain untuk menarik perhatian, juga mempropagandakan bahwa Ahok didukung banyak perempuan.

5. 60-120 twit/status per hari per orang


Setiap buzzer Ahok diwajibkan mengunggah 60-120 bahan per hari melalui 11 akun media sosial masing-masing.





6. 2.400 twit per hari per tim


Setiap satu tim yang terdiri dari 20 orang tersebut diwajibkan berkicau di Twitter minimal sebanyak 2.400 kicauan per hari. Bisa dibayangkan, betapa ramainya jagat Twitter dengan suara mendukung Ahok.

7. Di atas tim ada tim


Alex mengaku, di atas timnya ada tim lain yang mengendalikan. Tim di atas tim Alex itulah yang menggerakkan, mengomando dan menurunkan bahan utama untuk diunggah di media sosial. Mulai dari pasokan konten hingga tagar harian.

8. Bermarkas di Menteng


Alex dan buzzer Ahok lainnya didoktrin untuk merahasiakan tempatnya bekerja. Kepada The Guardian, Alex hanya menyebut bahwa markas mereka di Menteng.

9. Front office konten positif, back office konten negatif


Di salah satu rumah mewah di Menteng itu, bagian depan adalah tim official yang tugasnya mengunggah konten positif tentang Ahok. Namun yang tidak diketahui publik, di ruang belakang adalah para buzzer yang tugasnya memproduksi konten negatif.

10. Merasa jijk sendiri


Kini Alex merasa jjik terhadap dirinya sendiri yang menghalalkan segala cara untuk menyerang lawan demi memenangkan orang yang membayarnya. [Ibnu K/Tarbiyah]







Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © SLAMET - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -