Posted by : Slamet
Selasa, 23 Agustus 2016
Betapa jauhnya zaman kita dengan zaman sahabat Nabi. Bukan hanya rentang waktu antara keduanya, namun lebih dari itu, perbedaan karakter penghuni zamannya.
Ada banyak hal yang dulu dijauhi para sahabat Nabi, kini justru didekati. Tidak sedikit pula hal yang dulu dicintai para sahabat Nabi, saat ini justru banyak yang benci. Di antara contoh hal yang terakhir disebutkan ini adalah adzan Subuh.
Dulu, para sahabat Nabi segera bergegas ketika mendengar suara adzan, khususnya adzan Subuh. Laksana panggilan kekasih yang begitu syahdu untuk dilewatkan, para sahabat segera menuju masjid ketika adzan berkumandang.
Bukan hanya mereka yang rumahnya dekat hingga tinggal melangkah. Bahkan yang rumahnya jauh pun segera bergegas. Mereka berhasil melawan hawa dingin dan rasa malas.
Pernah suatu ketika, seorang sahabat yang rumahnya jauh menyatakan ingin pindah rumah agar lebih dekat dengan masjid Nabawi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam justru memotivasinya, bahwa semakin jauh perjalanan, semakin banyak langkah menuju masjid, pahalanya semakin besar. Sahabat tadi pun tidak jadi pindah. Ia justru lebih bersemangat shalat jamaah.
Bukan hanya mereka yang sehat sempurna yang segera menyambut seruan adzan. Sahabat yang fisiknya tak sempurna pun bersegera menyambut cinta Allah saat adzan tiba.
Pernah suatu ketika, seorang sahabat yang buta meminta izin kepada Rasulullah agar diperbolehkan shalat di rumah karena ia tidak memiliki penunjuk jalan.
”Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki penunjuk jalan yang dapat mendampingi saya untuk mendatangi masjid,” kata lelaki yang tak lain adalah Abdullah bin Ummi Maktum tersebut.
Mendengar udzur itu, Rasulullah memberikan keringanan kepadanya. Namun ketika ia hendak beranjak, Rasulullah memanggilnya lagi lalu bertanya, “Apakah engkau mendengar adzan?”.
“Iya, wahai Rasulullah”.
Maka Rasulullah pun bersabda,”Penuhilah seruan (adzan) itu.”
Berikutnya, Abdullah bin Ummi Maktum menjadi orang-orang pertama yang datang ke masjid. Bahkan sebelum adzan berkumandang. Karena dialah yang mengumandangkan adzan Subuh.
Bersama Abdullah bin Ummi Maktum, banyak sahabat yang telah berada di masjid sebelum fajar tiba. Ketika fajar tiba, mereka mengatakan kepada sahabat yang diabadikan dalam Surat Abasa itu: “Fajar telah tiba, adzanlah.”
Masya Allah... demikianlah para sahabat sangat mencintai adzan Subuh dan bergegas memenuhi panggilan-Nya untuk shalat.
Namun saat ini, tidak sedikit orang yang terganggu dengan adzan Subuh, bahkan ada yang merasa perlu mengatur volume adzan. Tidak sedikit pula orang yang tidak mempedulikan adzan. Bukan hanya adzan Subuh. Ia mendengar panggilan shalat itu, tetapi ia mengabaikannya. Na’udzubillah. [Muchlisin BK/Tarbiyah.net]
Ada banyak hal yang dulu dijauhi para sahabat Nabi, kini justru didekati. Tidak sedikit pula hal yang dulu dicintai para sahabat Nabi, saat ini justru banyak yang benci. Di antara contoh hal yang terakhir disebutkan ini adalah adzan Subuh.
Dulu, para sahabat Nabi segera bergegas ketika mendengar suara adzan, khususnya adzan Subuh. Laksana panggilan kekasih yang begitu syahdu untuk dilewatkan, para sahabat segera menuju masjid ketika adzan berkumandang.
Bukan hanya mereka yang rumahnya dekat hingga tinggal melangkah. Bahkan yang rumahnya jauh pun segera bergegas. Mereka berhasil melawan hawa dingin dan rasa malas.
Pernah suatu ketika, seorang sahabat yang rumahnya jauh menyatakan ingin pindah rumah agar lebih dekat dengan masjid Nabawi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam justru memotivasinya, bahwa semakin jauh perjalanan, semakin banyak langkah menuju masjid, pahalanya semakin besar. Sahabat tadi pun tidak jadi pindah. Ia justru lebih bersemangat shalat jamaah.
Bukan hanya mereka yang sehat sempurna yang segera menyambut seruan adzan. Sahabat yang fisiknya tak sempurna pun bersegera menyambut cinta Allah saat adzan tiba.
Pernah suatu ketika, seorang sahabat yang buta meminta izin kepada Rasulullah agar diperbolehkan shalat di rumah karena ia tidak memiliki penunjuk jalan.
”Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki penunjuk jalan yang dapat mendampingi saya untuk mendatangi masjid,” kata lelaki yang tak lain adalah Abdullah bin Ummi Maktum tersebut.
Mendengar udzur itu, Rasulullah memberikan keringanan kepadanya. Namun ketika ia hendak beranjak, Rasulullah memanggilnya lagi lalu bertanya, “Apakah engkau mendengar adzan?”.
“Iya, wahai Rasulullah”.
Maka Rasulullah pun bersabda,”Penuhilah seruan (adzan) itu.”
Berikutnya, Abdullah bin Ummi Maktum menjadi orang-orang pertama yang datang ke masjid. Bahkan sebelum adzan berkumandang. Karena dialah yang mengumandangkan adzan Subuh.
Bersama Abdullah bin Ummi Maktum, banyak sahabat yang telah berada di masjid sebelum fajar tiba. Ketika fajar tiba, mereka mengatakan kepada sahabat yang diabadikan dalam Surat Abasa itu: “Fajar telah tiba, adzanlah.”
Masya Allah... demikianlah para sahabat sangat mencintai adzan Subuh dan bergegas memenuhi panggilan-Nya untuk shalat.
Namun saat ini, tidak sedikit orang yang terganggu dengan adzan Subuh, bahkan ada yang merasa perlu mengatur volume adzan. Tidak sedikit pula orang yang tidak mempedulikan adzan. Bukan hanya adzan Subuh. Ia mendengar panggilan shalat itu, tetapi ia mengabaikannya. Na’udzubillah. [Muchlisin BK/Tarbiyah.net]