Posted by : Slamet
Jumat, 24 November 2017
Komik karya Muhamad Najib yang kini sudah dihapus dari akun Twitter Gus Ipul |
Media sosial dikejutkan dengan beredarnya komik melalui akun Twitter Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Pasalnya, komik bergambar pria berjenggot yang bertanya “agamu apa?” saat melihat korban kebakaran itu dinilai provokatif dan menyinggung umat Islam.
Padahal, di lapangan, tidak didapati hal aneh seperti itu. Umat Islam ketika melihat ada orang lain yang tertimpa musibah, mereka biasa segera menolong tanpa menanyakan agama. Hal itu ditegaskan oleh banyak netizen, termasuk Ketua RT.
Berikut ini kutipan pernyataan Ketua RT 07 RW 06 Grand Permata Mustika Jaya Kota Bekasi, Erwyn Kurniawan:
Fakta di lapangan tidak seperti yang ada di komik ini. Saya kebetulan menjadi Ketua RT. Ada sekitar 130 KK yang tersebar di enam gang. Agamanya beragam: Islam, Kristen, hingga Hindu.
Ada seorang habib yang jadi warga saya dan ada juga orang-orang HKBP (Huria Kristen Batak Protestan). Sangat beragam. Perlu diketahui, tempat saya ini adalah hotspot dari tragedi berdarah antara FPI dan HKBP di Ciketing Asem pada 2011 lalu. Peristiwa itu tak hanya menasional tapi juga mendunia dengan berita-berita yang menyudutkan Islam.
Sebagai Ketua RT, saya tak seperti yang digambarkan dalam komik tersebut. Ada orang HKBP sakit, saya kunjungi dan berikan bantuan. Saya tak pernah berkata," Ibu, karena agama ibu Kristen Protestan, maka saya tak mau membantu dan memberikan dana sosial RT."
Ada warga beragama Katholik yang anaknya wafat. Bersama warga lainnya saya memasang tenda, mengambil kursi dan lainnya. Bahkan saya antar hingga ke pemakaman Nasrani untuk memakamkan sang anak. Dan saya tak pernah berkata,"Pak, mohon maaf saya tak bantu karena agama bapak Kristen Katholik.
Orang-orang non muslim saya libatkan dalam kepengurusan. Ada yang menjadi Bendahara, namanya Fidelis Lengkong, asal Manado. Ada yang menjadi Ketua Gang, namanya Yudi dari Yogjakarta. Ada pula Swondo Hutasoit, orang HKBP.
Ketika mereka mengajukan permohonan untuk acara doa bersama jamaatnya di rumah, saya berikan izin dengan rambu-rambu yang disepakati, seperti tidak boleh larut malam, suaranya terlalu keras, atau acaranya tidak boleh pas saat waktu sholat. Dan mereka mematuhinya.
Saya terpaksa menyampaikan ini, bukan untuk riya, tapi karena sudah tak tahan menyaksikan serangan keji ke tubuh umat. Kartun itu sungguh pejoratif, tendensius dan tak bisa dimaafkan.
Saya yakin, mereka yang non muslim juga pasti ada yang risau dengan kondisi ini. Selama ini kita hidup harmonis, tapi dua tahun terakhir kita diadu domba secara massif, sistematis dan struktural.
Berhentilah menginjak-injak umat Islam. Cukuplah Ahok, Sang Penista Agama menjadi pelajaran. Jika tidak, bisa jadi akan ada aksi yang jauh lebih dahsyat dari 212 dan saya memastikan diri akan hadir di dalamnya.
Hasil screenshoot netizen sebelum komik dihapus |