Wanita Ini Lantunkan Lirik Berbahasa Arab, Setelah Diterjemah Ustadz Yusuf Mansur, Isinya Mengejutkan
Posted by : Slamet
Selasa, 07 November 2017
Seorang wanita tidak berjilbab melantunkan sebuah lirik berbahasa Arab. Suaranya merdu. Namun yang menarik adalah, beberapa kali terdapat kalimat “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam” dan “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”
“Pagi ini saya mendapat kiriman video dari seorang teman. Merasa tertarik dengan vokalnya lalu saya minta tolong Ustad Yusuf Mansur dan beliau menterjemahkan hadits dalam video ini sejam yang lalu. Lihat maknanya jangan lihat penyanyinya,” tulis Pak Hasan melalui akun Facebook pribadinya.
Ternyata, apa yang dilantunkan wanita itu adalah hadits yang meriwayatkan betapa sayangnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar pada hari raya Ied untuk menunaikan shalat. Beliau melihat seorang anak kecil menangis.
Ketika ditanya, mengapa menangis, anak yang belum mengetahui bahwa yang bertanya adalah Rasulullah, menjawab bahwa ayahnya syahid saat perang bersama Rasulullah. Lalu ibunya menikah lagi. Namun ayah tiri itu mengambil rumah dan hartanya.
Maka jadilah ia seperti sekarang. Lapar dan tidak punya pakaian yang layak. Saat hari raya ia lebih bersedih karena melihat teman-teman bermain dengan ayahnya sementara ia tidak bisa seperti itu.
Dengan penuh kasih sayang, Rasulullah bersabda kepada anak itu: “Apakah engkau ridho jika aku menjadi ayahmu, Aisyah menjadi ibumu, Fatimah menjadi kakakmu, Ali menjadi pamanmu, Hasan Husein menjadi saudaramu?”
Anak itu menyambut gembira. Ternyata yang di hadapannya adalah Rasulullah.
Rasulullah kemudian mengajak anak itu pulang, memberinya makan dan memakaikannya baju hari raya.
Anak-anak lain yang melihatnya heran. “Tadi engkau menangis, mengapa sekarang engkau tertawa gembira?”
“Iya. Tadi aku lapar, sekarang aku kenyang. Tadi aku tidak berpakaian, sekarang berpakaian. Tadi aku yatim sekarang ayahku adalah Rasulullah, Aisyah menjadi ibuku, Fatimah menjadi kakakku, Ali menjadi pamanku, Hasan Husein menjadi saudaraku.”
Anak-anak itu berkata, “Aduhai, seandainya ayah kami meninggal saat perang bersama Rasulullah.”