Posted by : Slamet
Jumat, 24 November 2017
Seorang tokoh anti-Islam yang juga pegiat organisasi anti-Islam harus menanggung malu. Ia kalah debat hingga emosi. Juri yang obyektif serta audien rasional yang tidak mendukungnya semakin membuatnya naik pitam. Akhirnya, ia pun keluar dari ruangan dengan disoraki audien.
Semula, saat gilirannya bicara, ia langsung melancarkan berbagai tuduhan terhadap Islam.
“Islam adalah doktrin despolitik, teokratik yang menindas pengikutnya,” tandasnya.
Ia juga menuduh syariah dengan berbagai tuduhan.
“Syariah itu memecah belah dan merendahkan status Non Muslim,” lanjutnya sembari mengatakan bahwa non muslim dipanggil kafir dan tidak mempunyai hak sebagaimana muslim.
“Ini semua ada dalam teks Al Quran dan hadits. Non muslim berstatus rendah,” ucapnya.
Setelah itu, tiba giliran Abdullah Andalusi untuk bicara. Dalam 10 menit, pemuda muslim ini mematahkan seluruh tuduhan tokoh anti-Islam tersebut.
Mulai dari tuduhan Islam menindas pengikutnya hingga tuduhan terhadap syariah.
“Islam tak memberi hak pada non muslim? Mari kita lihat teks (dalil),” ujarnya sembari melanjutkan dengan mengutip terjemah hadits:
“Siapa yang menindas non Muslim dalam perjanjian (kafir dzimmi) yang hidup dalam negara Islam atau memaksanya melakukan sesuatu yang tak mampu dilakukan, atau mempermalukannya, atau mengambil haknya, aku akan menetangnya pada hari kiamat.”
Ia juga menjelaskan bahwa dalam perang sekalipun Rasulullah melarang membunuh rahib-rahib, wanita dan anak-anak.
Rupanya jawaban demi jawaban Abdullah Andalusi membuat tokoh anti-Islam itu emosi. Beberapa kali ia menginterupsi tapi tidak diizinkan juri karena bukan gilirannya. Akhirnya, ia pergi dari forum itu dengan rasa malu, apalagi ditepuki oleh audien.