Posted by : Slamet Rabu, 06 Juli 2016

Pertanyaan yang Merusak Suasana Idul Fitri
Idul Fitri merupakan momentum untuk silaturahim dan saling bermaafan. Namun, terkadang tanpa kita sadari, pertanyaan-pertanyaan kita melukai perasaan orang yang kita ajak bicara sehingga bisa merusak suasana Idul Fitri.

Berikut ini 5 pertanyaan yang sebaiknya kita hindari:

1. “Kapan nikah?”


Pertanyaan ini sebenarnya sah-sah saja. Namun, menjadi tidak tepat jika kita tanyakan kepada seseorang yang secara usia telah matang namun belum juga mendapat jodoh. Apalagi jika ia adalah seorang muslimah yang dalam budaya kita “menunggu lamaran”.

Jangan sampai seolah-olah kita mempertanyakan mengapa belum juga ada jodoh yang datang padanya? Nggak enak banget kan.

2. “Kok belum punya momongan?”


Jika kita telah tahu bahwa pasangan suami istri telah bertahun-tahun menikah dan belum dikaruniai putra, jangan sekali-kali kita bertanya tentang momongan. Sebab pertanyaan itu bisa menyinggung perasaan. Setiap pasangan suami istri pasti ingin punya anak, namun tidak semuanya disegerakan Allah memilikinya.






3. “Sekarang gemukan ya?”


Pertanyaan ini mungkin tidak seberapa berdampak bagi pria. Namun bagi wanita yang gemuk, pertanyaan ini bisa melukai perasaan.

4. “Kerja di mana?”


Pertanyaan ini umum ditanyakan kepada kawan yang menginjak dewasa atau telah dewasa. Namun perlu diperhatikan, tidak semua orang suka dengan pertanyaan ini. Apalagi jika ia baru lulus kuliah dan belum bekerja. Pertanyaan ini juga tidak tepat untuk orang yang tidak berstatus sebagai karyawan atau pegawai. Lebih baik jika pertanyaan ini diganti dengan “Sekarang aktifitasnya apa?”

5. “Gajinya berapa?”


Pertanyaan ini jauh lebih tabu daripada pertanyaan keempat. Namun ternyata ada juga yang terkadang masih bertanya demikian. Bagi orang yang gajinya kecil, tentu tidak enak jika ia mendapati pertanyaan ini. Sebaliknya, tidak semua orang yang gajinya besar juga suka dengan pertanyaan ini. Lebih baik pertanyaan ini tidak pernah ditanyakan kecuali kepada orang yang benar-benar sangat dekat dan perlu. Misalnya orangtua kepada anaknya. [Muchlisin BK/Tarbiyah.net]



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © SLAMET - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -