Posted by : Slamet
Senin, 25 Juli 2016
Bagi sebagian orang, video ini mungkin dianggap hanya hiburan ringan. Hanya selingan di tengah-tengah penatnya aktifitas.
Namun, jika mau mengambil ibrah (pelajaran), ada satu nilai besar yang bisa ditangkap.
Dalam video ini, seorang kakek tengah bermain permainan tradisional bersama dengan pria lain yang lebih muda. Permainan tradisional ini mirip das-dasan dalam permainan tradisional Jawa.
Awalnya, kakek tersebut mengalah, ia memajukan biji-bijinya satu per satu seperti tanpa berpikir. Tentu saja lawannya sangat senang. Ia segera “memakan” biji-bijian itu hingga biji sang kakek tinggal satu butir.
Ternyata, apa yang dilakukan oleh kakek itu adalah sebuah strategi jitu. Begitu tiba gilirannya, dengan biji yang tingga sebutir itu ternyata sang kakek bisa dengan mudah memakan seluruh biji-biji lawan.
Ibrah: Mengalah untuk menang. Gunakan strategi untuk memenangkan kompetisi atau “peperangan”. Karena kemenangan dilihat dari hasil akhirnya, maka gunakan strategi untuk mencapai kemenangan di puncak akhir kompetisi atau “peperangan.”
Rasulullah dan para sahabat mencontohkan betapa brilian menggunakan strategi untuk memenangkan peperangan. Ketika perang badar, pasukan Islam mengambil posisi di dekat sumur sehingga mudah mengakses air sedangkan pasukan kafir Quraisy kehausan. Pasukan Islam juga menggunakan panah terlebih dahulu sebelum tombak dan pedang.
Pada perang Uhud, pasukan pemanah ditempatkan di atas bukit. Sayangnya, mereka kemudian turun ketika menyangka peperangan telah usai padahal sejatinya perang belum berakhir.
Pada perang Ahzab, Madinah membuat strategi pertahanan baru dengan membangun parit di sekeliling (depan) Madinah sehingga pasukan ahzab tidak bisa masuk menyerang Madinah. Karenanya perang itu dikenal dengan nama perang khandaq.
Strategi “mengalah untuk menang” yang paling terlihat adalah perjanjian Hudaibiyah. Menurut banyak orang saat itu, Rasulullah kalah dengan adanya perjanjian Hudaibiyah yang menyepakati gencatan senjata dan mengembalikan Mualaf Makkah yang lari ke Madinah. Namun di kemudian hari, para sahabat menyadari bahwa perjanjian Hudaibiyah membawa kemenangan besar bagi Islam. Di antaranya, dakwah bisa tersebar luas ke luar Madinah tanpa gangguan kafir Quraisy. Allah pun mensifati perjanjian hudaibiyah dengan istilah “fathan mubina” (kemenangan yang nyata). [Ibnu K/Tarbiyah.net]
Namun, jika mau mengambil ibrah (pelajaran), ada satu nilai besar yang bisa ditangkap.
Dalam video ini, seorang kakek tengah bermain permainan tradisional bersama dengan pria lain yang lebih muda. Permainan tradisional ini mirip das-dasan dalam permainan tradisional Jawa.
Awalnya, kakek tersebut mengalah, ia memajukan biji-bijinya satu per satu seperti tanpa berpikir. Tentu saja lawannya sangat senang. Ia segera “memakan” biji-bijian itu hingga biji sang kakek tinggal satu butir.
Ternyata, apa yang dilakukan oleh kakek itu adalah sebuah strategi jitu. Begitu tiba gilirannya, dengan biji yang tingga sebutir itu ternyata sang kakek bisa dengan mudah memakan seluruh biji-biji lawan.
Ibrah: Mengalah untuk menang. Gunakan strategi untuk memenangkan kompetisi atau “peperangan”. Karena kemenangan dilihat dari hasil akhirnya, maka gunakan strategi untuk mencapai kemenangan di puncak akhir kompetisi atau “peperangan.”
Rasulullah dan para sahabat mencontohkan betapa brilian menggunakan strategi untuk memenangkan peperangan. Ketika perang badar, pasukan Islam mengambil posisi di dekat sumur sehingga mudah mengakses air sedangkan pasukan kafir Quraisy kehausan. Pasukan Islam juga menggunakan panah terlebih dahulu sebelum tombak dan pedang.
Pada perang Uhud, pasukan pemanah ditempatkan di atas bukit. Sayangnya, mereka kemudian turun ketika menyangka peperangan telah usai padahal sejatinya perang belum berakhir.
Pada perang Ahzab, Madinah membuat strategi pertahanan baru dengan membangun parit di sekeliling (depan) Madinah sehingga pasukan ahzab tidak bisa masuk menyerang Madinah. Karenanya perang itu dikenal dengan nama perang khandaq.
Strategi “mengalah untuk menang” yang paling terlihat adalah perjanjian Hudaibiyah. Menurut banyak orang saat itu, Rasulullah kalah dengan adanya perjanjian Hudaibiyah yang menyepakati gencatan senjata dan mengembalikan Mualaf Makkah yang lari ke Madinah. Namun di kemudian hari, para sahabat menyadari bahwa perjanjian Hudaibiyah membawa kemenangan besar bagi Islam. Di antaranya, dakwah bisa tersebar luas ke luar Madinah tanpa gangguan kafir Quraisy. Allah pun mensifati perjanjian hudaibiyah dengan istilah “fathan mubina” (kemenangan yang nyata). [Ibnu K/Tarbiyah.net]