Posted by : Slamet
Rabu, 25 Mei 2016
Partai Persatuan Pembangungan (PPP) berkonsentrasi penuh dalam upaya penjaringan bakal calon Kepala Daerah di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta. Salah satu nama yang dilirik PPP adalah Ustadz Yusuf Mansur, dai kondang sekaligus pimpinan Pesantren Daarul Quran.
Nama lain yang dilirik PPP adalah mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Taufiqurrohman Ruki dan Abraham "Lulung" Lunggana.
Sebelumnya, pada April lalu, nama Ustadz Yusuf Mansur juga digadang-gadang menjadi calon Gubernur DKI Jakarta. Bahkan, sejumlah elemen telah meminta kesediaannya dicalonkan melalui jalur independen. Berikut ini jawaban Ustadz Yusuf Mansur waktu itu, seperti dikutip Tribunnews:
Terkait Pilkada Jakarta, saya itu ga nyalonin. Sebab saya ga ke salon. Hehehe.
Kawan-kawan dari berbagai elemen datang. Berbagi rasa dan pengalaman, berbagi keinginan dan harapan.
Saya ya ngalir aja. Berkhidmat kepada Jakarta dan Indonesia kan ga perlu juga lewat jalur Gubernur dan Wakil Gubernur. Berkhidmat saja di mana dan lewat mana yang kita bisa dan kita mampu.
Dengan berbagai bantuan dari masyarakat banyak, dengan Izin Allah kami membantu bangun-bangun sekolah, klinik, rumah sakit, rumah ibadah, dalam dan luar negeri.
Menyekolahkan anak-anak Indonesia sampe jenjang S3 di dalam dan luar negeri. Tanpa perlu buat Pergub atau Perda. Hehehe. Dan tanpa perlu rapat anggota dewan.
Jembatan demi jembatan yang menghubungkan satu daerah terpencil dengan daerah lainnya, pun kami terus bergerak. Tanpa perlu menunggu jadi menteri perhubungan, hehehe.
Rumah demi rumah kami bangun, dengan Izin Allah dan bantuan masyarakat. Untuk masyarakat yang ga punya. Tanpa perlu juga jadi menteri perumahan, hahaha.
Saya kebagian tugas dorong-dorong. Mendorong sebanyak-banyaknya masyarakat untuk bergerak dan berbagi.
Urusan membangun dan menjaga harmonisasi antarummat beragama, pun termasuk bidang yang diseriusin. Tanpa perlu masuk dan jadi anggota organisasi kerukunan ummat beragama. Masuk lebih bebas dengan cara-cara yang kreatif.
Madrasah dan pesantren, jangan ditanya. Emang hidupnya di sini. Nanganin haji dan umrah, ya ikut dilakukan juga. Lagi-lagi, tanpa perlu jadi Menteri Agama, hahaha. Sebab buka travel, hehehe.
Indonesia butuh semakin banyak orang-orang yang positif, dan terus bergerak. Tanpa perlu menunggu jadi apa. Sebab ia sudah menjadi orang Indonesia. Terlebih lagi jika ia muslim muslimah. Allah menyuruhnya untuk membawa dan memberi manfaat. Kepada semesta.
Jadi tentang Pilkada Jakarta, saya bukan nyalonin. Saya pun ga berani mengatakan bahwa saya dicalonin. Itu semua ada konsekuensinya. Saya hanya mengatakan bahwa saya didatangin oleh kawan-kawan berbagai elemen. Itu saja.
Itu pun, saya sudah katakan, bahwa prosesnya harus dipanjangin. Ga bisa begitu saja gampang saya iyakan.
Masyarakat Jakarta dan Indonesia harus ikut istikhoroh dan berdoa. Tanyalah dulu Allah. Apa saya pantes? Apa bener? Apa ga ngerepotin perjuangan?
Apalagi saya sadar. Banyak kesalahan. Banyak dosa. Banyak kekurangan. Termasuk masih begitu banyak pekerjaan-pekerjaan rumah. Seperti bangun sekolah-sekolah gratis dan yang bersubsidi, sampe sekolah yang mensubsidi. Berbagai tipe. Di 100 kota. Bangun rumah sakit dan klinik-klinik sehat di 100 kota. Membangun 100 apartemen untuj pekerja-pekerja bawah. Termasuk impian saya, membangun apartemen di Jakarta untuk kawan-kawan media. Dengan angsuran super murah, super panjang. Biar kawan-kawan media bisa punya rumah. Dan seabrek pekerjaan-pekerjaan lain.
Secara kebebasan, orang bilang, kalo udah jadi gubernur, atau apalagi yang lebih tinggi dari itu, pasti lebih luas lagi.
Saya sepakat dan ga sepakat. Buktinya kami bisa bangun dan buka rumah tahfizh di 5 benua. Bergerak dari kampus ke kampus dan komunitas-komunitas Indonesia di 5 benua.
Saat ini, rumah tahfizh ada sekitar 6 ribuan rumah tahfizh di seluruh Indonesia. Dengan sekitar 600 ribuan anak-anak Indonesia yang lagi ngafal Qur’an sambil sekolah dan mengembangkan dirinya. Free semua.
Saya berpesan kepada diri saya dan semua kawan, agar ga maen-maen dengan audit Allah. Audit manusia bisa dimanipulasi. Tapi audit Allah? Karena itu, kami belajar untuk tidak mengeksploitasi ekonomi di pergerakan apapun. Walaupun harusnya kami bisa dan wajar.
Contoh… 6 ribuan rumah tahfizh ini, setahun? Untuk makan dengan anggaran 5000 perak sekali makan. 3x sehari. 600 ribu anak. Setahun udah 3,2 trilyun. Ga tuh. Kami ga ada proyek apa-apa. Bahkan tidak juga masukin proyek beras walo hanya 1 beras.
Kami bangun jembatan demi jembatan. Haram kami masukin semen, batu bata, baja…
Biarlah. Biar kami ga ikut campur soal itu.
Klinik-klinik, dan rumah-rumah sakit, kami jaga betul diri kami agar kami tidak tergoda untuk ikut bisnis jejaring obat. Engga lah. Kami-kami narik keuntungannya di kuburan kami saja. Untuk ngapusin dosa-dosa kami di masa lalu. Plus naikin derajat kami dan orang-orang tua kami di mata dan di sisi Allah.
Melihat hal ini, justru kami melihat, menjadi gubernur bisa jadi kami malah lebih ga bebas bergerak. Kemaren-kemaren bergerak ke seluruh penjuru dunia. Ini bisa jadi hanya di kota atau propinsi yang bersangkutan saja.
Mohon doa dan nasihatnya saja untuk kami dan semua kawan-kawan yang ikut bergerak membangun negeri.
Salam.
[Siyasa/Tarbiyah.net]
Nama lain yang dilirik PPP adalah mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Taufiqurrohman Ruki dan Abraham "Lulung" Lunggana.
Sebelumnya, pada April lalu, nama Ustadz Yusuf Mansur juga digadang-gadang menjadi calon Gubernur DKI Jakarta. Bahkan, sejumlah elemen telah meminta kesediaannya dicalonkan melalui jalur independen. Berikut ini jawaban Ustadz Yusuf Mansur waktu itu, seperti dikutip Tribunnews:
Terkait Pilkada Jakarta, saya itu ga nyalonin. Sebab saya ga ke salon. Hehehe.
Kawan-kawan dari berbagai elemen datang. Berbagi rasa dan pengalaman, berbagi keinginan dan harapan.
Saya ya ngalir aja. Berkhidmat kepada Jakarta dan Indonesia kan ga perlu juga lewat jalur Gubernur dan Wakil Gubernur. Berkhidmat saja di mana dan lewat mana yang kita bisa dan kita mampu.
Dengan berbagai bantuan dari masyarakat banyak, dengan Izin Allah kami membantu bangun-bangun sekolah, klinik, rumah sakit, rumah ibadah, dalam dan luar negeri.
Menyekolahkan anak-anak Indonesia sampe jenjang S3 di dalam dan luar negeri. Tanpa perlu buat Pergub atau Perda. Hehehe. Dan tanpa perlu rapat anggota dewan.
Jembatan demi jembatan yang menghubungkan satu daerah terpencil dengan daerah lainnya, pun kami terus bergerak. Tanpa perlu menunggu jadi menteri perhubungan, hehehe.
Rumah demi rumah kami bangun, dengan Izin Allah dan bantuan masyarakat. Untuk masyarakat yang ga punya. Tanpa perlu juga jadi menteri perumahan, hahaha.
Saya kebagian tugas dorong-dorong. Mendorong sebanyak-banyaknya masyarakat untuk bergerak dan berbagi.
Urusan membangun dan menjaga harmonisasi antarummat beragama, pun termasuk bidang yang diseriusin. Tanpa perlu masuk dan jadi anggota organisasi kerukunan ummat beragama. Masuk lebih bebas dengan cara-cara yang kreatif.
Madrasah dan pesantren, jangan ditanya. Emang hidupnya di sini. Nanganin haji dan umrah, ya ikut dilakukan juga. Lagi-lagi, tanpa perlu jadi Menteri Agama, hahaha. Sebab buka travel, hehehe.
Indonesia butuh semakin banyak orang-orang yang positif, dan terus bergerak. Tanpa perlu menunggu jadi apa. Sebab ia sudah menjadi orang Indonesia. Terlebih lagi jika ia muslim muslimah. Allah menyuruhnya untuk membawa dan memberi manfaat. Kepada semesta.
Jadi tentang Pilkada Jakarta, saya bukan nyalonin. Saya pun ga berani mengatakan bahwa saya dicalonin. Itu semua ada konsekuensinya. Saya hanya mengatakan bahwa saya didatangin oleh kawan-kawan berbagai elemen. Itu saja.
Itu pun, saya sudah katakan, bahwa prosesnya harus dipanjangin. Ga bisa begitu saja gampang saya iyakan.
Masyarakat Jakarta dan Indonesia harus ikut istikhoroh dan berdoa. Tanyalah dulu Allah. Apa saya pantes? Apa bener? Apa ga ngerepotin perjuangan?
Apalagi saya sadar. Banyak kesalahan. Banyak dosa. Banyak kekurangan. Termasuk masih begitu banyak pekerjaan-pekerjaan rumah. Seperti bangun sekolah-sekolah gratis dan yang bersubsidi, sampe sekolah yang mensubsidi. Berbagai tipe. Di 100 kota. Bangun rumah sakit dan klinik-klinik sehat di 100 kota. Membangun 100 apartemen untuj pekerja-pekerja bawah. Termasuk impian saya, membangun apartemen di Jakarta untuk kawan-kawan media. Dengan angsuran super murah, super panjang. Biar kawan-kawan media bisa punya rumah. Dan seabrek pekerjaan-pekerjaan lain.
Secara kebebasan, orang bilang, kalo udah jadi gubernur, atau apalagi yang lebih tinggi dari itu, pasti lebih luas lagi.
Saya sepakat dan ga sepakat. Buktinya kami bisa bangun dan buka rumah tahfizh di 5 benua. Bergerak dari kampus ke kampus dan komunitas-komunitas Indonesia di 5 benua.
Saat ini, rumah tahfizh ada sekitar 6 ribuan rumah tahfizh di seluruh Indonesia. Dengan sekitar 600 ribuan anak-anak Indonesia yang lagi ngafal Qur’an sambil sekolah dan mengembangkan dirinya. Free semua.
Saya berpesan kepada diri saya dan semua kawan, agar ga maen-maen dengan audit Allah. Audit manusia bisa dimanipulasi. Tapi audit Allah? Karena itu, kami belajar untuk tidak mengeksploitasi ekonomi di pergerakan apapun. Walaupun harusnya kami bisa dan wajar.
Contoh… 6 ribuan rumah tahfizh ini, setahun? Untuk makan dengan anggaran 5000 perak sekali makan. 3x sehari. 600 ribu anak. Setahun udah 3,2 trilyun. Ga tuh. Kami ga ada proyek apa-apa. Bahkan tidak juga masukin proyek beras walo hanya 1 beras.
Kami bangun jembatan demi jembatan. Haram kami masukin semen, batu bata, baja…
Biarlah. Biar kami ga ikut campur soal itu.
Klinik-klinik, dan rumah-rumah sakit, kami jaga betul diri kami agar kami tidak tergoda untuk ikut bisnis jejaring obat. Engga lah. Kami-kami narik keuntungannya di kuburan kami saja. Untuk ngapusin dosa-dosa kami di masa lalu. Plus naikin derajat kami dan orang-orang tua kami di mata dan di sisi Allah.
Melihat hal ini, justru kami melihat, menjadi gubernur bisa jadi kami malah lebih ga bebas bergerak. Kemaren-kemaren bergerak ke seluruh penjuru dunia. Ini bisa jadi hanya di kota atau propinsi yang bersangkutan saja.
Mohon doa dan nasihatnya saja untuk kami dan semua kawan-kawan yang ikut bergerak membangun negeri.
Salam.
[Siyasa/Tarbiyah.net]