Posted by : Slamet
Rabu, 25 Mei 2016
Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen memprotes sikap Menkopulhukam Luhut Binsar Pandjaitan dan Presiden Jokowi atas munculnya gejala kebangkitan PKI.
Kivlan Zen tidak setuju dengan pernyataan Luhut yang menilai pemakaian kaos berlambang Palu-Arit hanya sebatas tren anak muda.
"Polisi tegas, Menhan juga tegas. Tapi Jokowi dan Luhut bilang jangan berlebihan. Malah dibilang baju trendi. Justru itu awal dari kebangkitan PKI," kata Kivlan dalam diskusi publik di Jakarta, Rabu (25/5/2016) malam, seperti dikutip Republika.
Menurut Kivlan, penggunaan lambang yang identik dengan komunisme tersebut di negara-negara Eropa masih bisa dimaklumi karena pola pikir masyarakatnya yang telah maju sehingga bisa mengerti dan memahami batas-batas idealisme sebuah negara.
"Kalau kita masih negara berkembang dan masih ada kecurigaan paham komunis akan bangkit lagi," tandasnya.
Kivlan menilai bahwa saat ini PKI bangkit dengan gaya baru. Meskipun partainya tidak ada tetapi orang-orangnya menyusup ke sejumlah lembaga negara.
"Kalau komunis gaya lama tampilannya sudah ada di konstitusi dan kepengursan partai. Tapi yang gaya baru partainya tidak ada tapi orang-orangnya sudah menyusup ke tingkat pemerintahan," tukasnya.
Hal yang sama juga ia sampaikan pada seminar "Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun Tahun 1948 dan G30S 1965/PKI"di Gedung Joang '45, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (23/5/2016). Bahkan Kivlan menegaskan bahwa pihaknya siap berperang membendung PKI.
"Kami sudah tidak ada lagi seminar-seminaran, kami siap perang," tegas Kivlan Zen. (Baca: Kivlan Zen: Banyak Lembaga Negara Disusupi Tokoh PKI, Kami Siap Perang) [Ibnu K/Tarbiyah.net]
Kivlan Zen tidak setuju dengan pernyataan Luhut yang menilai pemakaian kaos berlambang Palu-Arit hanya sebatas tren anak muda.
"Polisi tegas, Menhan juga tegas. Tapi Jokowi dan Luhut bilang jangan berlebihan. Malah dibilang baju trendi. Justru itu awal dari kebangkitan PKI," kata Kivlan dalam diskusi publik di Jakarta, Rabu (25/5/2016) malam, seperti dikutip Republika.
Menurut Kivlan, penggunaan lambang yang identik dengan komunisme tersebut di negara-negara Eropa masih bisa dimaklumi karena pola pikir masyarakatnya yang telah maju sehingga bisa mengerti dan memahami batas-batas idealisme sebuah negara.
"Kalau kita masih negara berkembang dan masih ada kecurigaan paham komunis akan bangkit lagi," tandasnya.
Kivlan menilai bahwa saat ini PKI bangkit dengan gaya baru. Meskipun partainya tidak ada tetapi orang-orangnya menyusup ke sejumlah lembaga negara.
"Kalau komunis gaya lama tampilannya sudah ada di konstitusi dan kepengursan partai. Tapi yang gaya baru partainya tidak ada tapi orang-orangnya sudah menyusup ke tingkat pemerintahan," tukasnya.
Hal yang sama juga ia sampaikan pada seminar "Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun Tahun 1948 dan G30S 1965/PKI"di Gedung Joang '45, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (23/5/2016). Bahkan Kivlan menegaskan bahwa pihaknya siap berperang membendung PKI.
"Kami sudah tidak ada lagi seminar-seminaran, kami siap perang," tegas Kivlan Zen. (Baca: Kivlan Zen: Banyak Lembaga Negara Disusupi Tokoh PKI, Kami Siap Perang) [Ibnu K/Tarbiyah.net]