Posted by : Slamet
Kamis, 30 Juni 2016
Ada satu aktifitas di bulan Ramadhan yang tidak didapati di bulan lainnya; buka bersama. Buka puasa bersama teman, secara umum, tentu hal yang positif karena bisa meningkatkan ukhuwah dan menyambung silaturahim.
Namun, sering kali ada banyak kesalahan dalam buka bersama, khususnya delapan “dosa” berikut ini yang perlu untuk dihindari.
Kadang orang-orang buka bersama di rumah makan atau restoran tanpa memperhatikan apakah menu-menu di tempat itu benar-benar halal atau tidak. Padahal puasa telah menjaga kita dari makanan halal, jangan sampai kita malah berbuka dengan makanan yang tidak jelas halal haramnya.
Seringkali karena tempat buka bersama tidak representatif, tidak ada masjid atau mushola yang representatif, akhirnya shalat Maghribnya tidak bisa berjamaah di awal waktu.
Terkadang juga ada mushala di rumah makan atau restoran tersebut tetapi karena kecil ia hanya bisa menampung beberapa jamaah sehingga antrian mengular. Akibatnya, shalat Maghrib tertunda, atau bahkan akhirnya dilakukan di ujung waktu di masjid di luar rumah makan atau restoran tersebut.
Karena buka bersama baru selesai menjelang shalat Isya’ dan perjalanan macet atau membutuhkan waktu agak lama, akhirnya ketinggalan shalat isya’ berjamaah. Karenanya ketika memilih tempat buka bersama, hendaklah diperhatikan lokasi dan jaraknya dari masjid, atau jika diperkirakan akan ketinggalan shalat Isya’ jika melakukannya di masjid luar, cari tempat berbuka bersama yang dekat/ada masjid-nya dan bersiap shalat Isya’ di situ.
Hal ini erat kaitannya dengan “dosa” ketiga. Jika shalat isya’ berjamaah ketinggalan, umumnya juga akan ketinggalan tarawih berjamaah. Sungguh satu hal yang sangat disayangkan.
Ini merupakan “dosa” umum buka bersama di tempat “mewah.” Manu makanannya sangat banyak dan harganya pun mahal-mahal. Sudah begitu, menu yang sudah dibeli tidak bisa dihabiskan dan akhirnya terbuang sia-sia.
Ada kalanya buka bersama diwarnai dengan ghibah. Sambil menunggu buka bersama, antar peserta saling ngorol ternyata ujung-ujungnya ghibah. Untuk mengatasi hal ini, agenda buka bersama perlu disusun dengan rapi, misalnya ada tialwah dan ceramah agama sebelum berbuka dan ngobrolnya diatur agar tidak menjadi ghibah.
Ada kalanya buka bersama diadakan di tempat yang justru tidak baik untuk menjaga mata di bulan Ramadhan. Misalnya di restoran atau hotel yang di situ ada kolam renang dan bule-bule dengan tanpa merasa bersalah berenang menjelang Maghrib. Di Surabaya ada tempat berbuka semacam itu dan kota-kota besar lainnya mungkin saja ada.
Namun, zina mata bukan hanya terjadi karena faktor tempat buka bersama. Bisa juga terjadi karena faktor dengan siapa kita buka bersama. Misalnya buka bersama dengan teman-teman alumni atau komunitas yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang tidak menutup aurat dengan rapi.
Nah, ini terkat erat dengan poin di atas. Kadang buka bersama campur baur antara laki-laki dan perempuan sehingga terjadi ikhtilath.
Yuk kita jaga puasa kita agar jangan sampai menjadi sia-sia seperti sabda Rasulullah:
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar.” (HR. Ibnu Majah; hasan shahih)
Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Tarbiyah.net]
Namun, sering kali ada banyak kesalahan dalam buka bersama, khususnya delapan “dosa” berikut ini yang perlu untuk dihindari.
1. Kehalalan menu
Kadang orang-orang buka bersama di rumah makan atau restoran tanpa memperhatikan apakah menu-menu di tempat itu benar-benar halal atau tidak. Padahal puasa telah menjaga kita dari makanan halal, jangan sampai kita malah berbuka dengan makanan yang tidak jelas halal haramnya.
2. Shalat Maghrib di ujung waktu
Seringkali karena tempat buka bersama tidak representatif, tidak ada masjid atau mushola yang representatif, akhirnya shalat Maghribnya tidak bisa berjamaah di awal waktu.
Terkadang juga ada mushala di rumah makan atau restoran tersebut tetapi karena kecil ia hanya bisa menampung beberapa jamaah sehingga antrian mengular. Akibatnya, shalat Maghrib tertunda, atau bahkan akhirnya dilakukan di ujung waktu di masjid di luar rumah makan atau restoran tersebut.
3. Ketinggalan shalat Isya’ berjamaah
Karena buka bersama baru selesai menjelang shalat Isya’ dan perjalanan macet atau membutuhkan waktu agak lama, akhirnya ketinggalan shalat isya’ berjamaah. Karenanya ketika memilih tempat buka bersama, hendaklah diperhatikan lokasi dan jaraknya dari masjid, atau jika diperkirakan akan ketinggalan shalat Isya’ jika melakukannya di masjid luar, cari tempat berbuka bersama yang dekat/ada masjid-nya dan bersiap shalat Isya’ di situ.
4. Kehilangan tarawih berjamaah
Hal ini erat kaitannya dengan “dosa” ketiga. Jika shalat isya’ berjamaah ketinggalan, umumnya juga akan ketinggalan tarawih berjamaah. Sungguh satu hal yang sangat disayangkan.
5. Pemborosan dan mubazir
Ini merupakan “dosa” umum buka bersama di tempat “mewah.” Manu makanannya sangat banyak dan harganya pun mahal-mahal. Sudah begitu, menu yang sudah dibeli tidak bisa dihabiskan dan akhirnya terbuang sia-sia.
6. Ghibah
Ada kalanya buka bersama diwarnai dengan ghibah. Sambil menunggu buka bersama, antar peserta saling ngorol ternyata ujung-ujungnya ghibah. Untuk mengatasi hal ini, agenda buka bersama perlu disusun dengan rapi, misalnya ada tialwah dan ceramah agama sebelum berbuka dan ngobrolnya diatur agar tidak menjadi ghibah.
7. Zina mata
Ada kalanya buka bersama diadakan di tempat yang justru tidak baik untuk menjaga mata di bulan Ramadhan. Misalnya di restoran atau hotel yang di situ ada kolam renang dan bule-bule dengan tanpa merasa bersalah berenang menjelang Maghrib. Di Surabaya ada tempat berbuka semacam itu dan kota-kota besar lainnya mungkin saja ada.
Namun, zina mata bukan hanya terjadi karena faktor tempat buka bersama. Bisa juga terjadi karena faktor dengan siapa kita buka bersama. Misalnya buka bersama dengan teman-teman alumni atau komunitas yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang tidak menutup aurat dengan rapi.
8. Ikhtilath
Nah, ini terkat erat dengan poin di atas. Kadang buka bersama campur baur antara laki-laki dan perempuan sehingga terjadi ikhtilath.
Yuk kita jaga puasa kita agar jangan sampai menjadi sia-sia seperti sabda Rasulullah:
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar.” (HR. Ibnu Majah; hasan shahih)
Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Tarbiyah.net]