Posted by : Slamet
Rabu, 08 Juni 2016
ilustrasi |
“Kalau di Masjid utara itu, shalat tarawihnya lama atau cepat?” tanyanya pada orang kesekian.
“Menurutku biasa-biasa saja. Tergantung imam juga sih, dia baca surat apa.”
Jawaban-jawaban yang datar itu membuatnya tidak cukup puas. Namun dengan segala pertimbangan, ia memutuskan malam ini shalat tarawih di masjid utara yang shalat tarawihnya hanya delapan rakaat.
Rakaat pertama yang ia ikuti terasa sangat lama. Imam membaca beberapa puluh ayat dimulai dari Alif Lam Mim. Merasa sangat lama, ia pun membatalkan shalatnya dan menunggu orang-orang selesai salam.
“Tadi imamnya baca surat apa kok lama sekali?” tanyanya pada jamaah di depannya.
“O, tadi imamnya baca surat Al Baqarah. Insya Allah nanti juga diteruskan membaca surat Al Baqarah.”
Sembari pulang tanpa meneruskan shalat tarawih, Arab Badui itu bergumam, “Al Baqarah kan artinya sapi betina. Pantas suratnya panjang. Besok aku akan shalat di masjid satunya.”
Hari berikutnya, ia pindah masjid. Agar tidak membatalkan shalat sebelum salam, ia pun menemui imam terlebih dahulu untuk bertanya surat apa yang akan dibaca.
“Insya Allah nanti rakaat pertama saya akan membaca surat Al Fil,” jawab sang imam mengetahui kegusaran Arab Badui itu.
Mendapat jawaban itu, ia justru langsung pulang tanpa mau mengikuti shalat tarawih.
“Surat Al Baqarah saja panjangnya segitu, Apalagi surat Al Fil (gajah). Pasti shalatnya akan lama sekali, lebih baik besok aku shalat di rumah saja,” katanya di tengah jalan sambil menggerutu.
***
Kisah ini hanya anekdot. Namun cukup untuk menampar kita yang hobi pilih-pilih masjid. Masjid mana yang tarawihnya paling cepat, lalu kita pun ke sana. [Muchlisin BK/Tarbiyah.net]